KONSEP POLIGAMI PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMPARASI PEMIKIRAN AR-RAZI & M QURAISH SHIHAB)

ABSTRAK Kata Kunci : Poligami, Adil. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan mengkaji perbandingan Konsep Poligami Perspektif Al-Qur’an dalam Tafsir Birra’yi (Mafatih al-ghaib) karya Al-Razi dan Tafsir modern (al-Misbah) karya M Quraish Shihab,.skipsi ini dilatar belakangi oleh pemahaman yang dilencengkan oleh sebagian orang, Mereka mengatakan ayat ini tidak secara sempurna membolehkan poligami. Karena biasanya redaksi untuk membolehkan sesuatu biasanya berbunyi (لاجاح اواحل لكم) jadi apakah perintah disini bermakna wajib atau mubah, Apa makna dari huruf waw (و) pada ayat (مثنى و ثلات والرباع) apakah bermakna empat atau bisa jadi bermakna lebih dan sebenarnya pensyaratan pernikahan itu ditinjau kepada pernikahan yang bersifat poligami atau monogami. Kajian dalam skripsi ini terpusat pada tiga masalah pokok yang dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagaimana Wawasan Poligami Perspektif Al-Qur’an?. 2) Bagaimana penafsiran Fakhruddin Al-Razi & M. Quraish Shihab mengenai ayat poligami?.3) Bagaimana komparasi ayat poligami menurut Fakhruddin Al-Razi & Quraish Shihab?, adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui: 1) Wawasan Poligami Perspektif Al-Qur’an. 2) penafsiran Fakhruddin Al-Razi & M. Quraish Shihab mengenai ayat poligami. 3) komparasi ayat poligami menurut Fakhruddin Al-Razi & Quraish Shihab. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), sumber data yang digunakan adalah Tafsir Mafatih al-ghaib karya Al-Razi dan Tafsir al-Misbah karya M Quraish Shihab sebagai data primer, dan buku-buku lain sebagai data sekunder, adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan tafsir mauwdu’i (tematik). Setelah dikumpulkan dengan metode dokumentasi, data-data tersebut akan dianalisisisi (content analisys) melalui metode komparatif atau muqaran. Dari penelitian ini disimpulkan, Ar-Razi berpandangan bahwasanya poligami hanya berlaku bagi laki-laki yang merdeka dan tidak untuk budak. M Quraish Shihab berpandangan bahwa poligami boleh dilakukan dalam keadaan darurat, poin penting dari perintah ini adalah pemeliharaan anak yatim. Dari pandangan para Mufassir dapat disimpulkan bahwasanya kedua mufassir tersebut sependapat bahwasanya ayat ini ditujukan untuk anak yatim dan kebanyakan dari mereka memilih monogami sebagai pernikahan ideal dan mayoritas berpandangan bahwa yang boleh dinikahi maksimal empat istri kecuali pandangan Ar-Razi