PROSES BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI BRUNER DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI KESEBANGUNAN DI KELAS IX-A MTs MIFTAHUL HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2016/2017

ABSTRAK Skripsi dengan judul “Proses Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Bruner Dalam Menyelesaikan Soal Materi Kesebangunan di Kelas IX­A MTs Miftahul Huda Bandung Tulungagung Tahun Ajaran 2016/2017” ini ditulis oleh Ayu Alvi Nilasari, NIM: 2814133024, dibimbing oleh Ummu Sholihah, M.Si. Kata Kunci: Proses Berpikir, Teori Bruner, Materi Kesebangunan. Fakta bahwa masih banyak siswa yang bermasalah dalam memahami soal materi kesebangunan dan mengaplikasikannya pada bangun datar. Siswa masih bingung dalam menentukan langkah­langkah penyelesaiannya dan rumus apa yang harus digunakan. Dalam hal ini peneliti berusaha untuk menggambarkan proses berpikir siswa berdasarkan teori Bruner dalam menyelesaikan soal materi kesebangunan. Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa berdasarkan teori bruner dalam menyelesaikan soal materi kesebangunan berdasarkan kemampuan siswa di kelas IX­A MTs Miftahul Huda Bandung Tulungagung tahun ajaran 2016/2017. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, menggunakan metode pengumpulan data: tes, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tes tertulis tersebut diikuti oleh 31 siswa kelas IX­A dengan 3 butir soal. Kemudian dipilih 6 siswa menjadi subjek penelitian yang mewakili jenjang kemampuan tinggi, sedang, rendah, selanjutnya observasi dan dokumentasi sebagai data penunjang. Teknik analisis data pada penelitian ini dengan langkah­langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses berpikir siswa berdasarkan teori Bruner dalam menyelesaikan soal materi kesebangunan ada tiga tahapan belajar yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik. Pada tahap enaktif ada 22 siswa sudah mampu memecahkan masalah dengan benar melalui penggunaan objek nyata. Ada 9 siswa belum mampu pada tahap enaktif karena mereka salah dalam pemahaman soal dan kurang teliti dalam mengerjakan. Pada tahap ikonik sebanyak 20 siswa sudah mampu memahami masalah dan mencari solusi pemecahan yang tepat melalui pengamatan ilustrasi gambar/objek yang diberikan. Namun sebanyak 11 siswa belum mampu pada tahap ini karena kurangnya pemahaman konsep dan tidak teliti. Pada tahap simbolik sebanyak 19 siswa sudah mampu memahami masalah yang diberikan melalui proses simbolik. Sedangkan sebanyak 12 siswa belum mampu pada tahap belajar simbolik karena sulit memahami soal cerita yang diberikan akibatnya hasil jawaban dan rumus yang digunakan masih kurang tepat, sehingga penyelesaian yang dihasilkan masih salah