Sekolah Tinggi Agama Islam berbasis pesantren dengan pendekatan arsitektur perilaku di Jombang

ABSTRAK: Dari tahun ke tahun jumlah santri yang menuntut ilmu di Jombang semakin banyak, hal ini berbanding lurus dengan jumlah santri yang berminat untuk menuntut pendidikan tinggi, selain pendidikan agama yang telah diajarkan di pondok pesantren. Sehingga, untuk pengembangannya dibutuhkan lembaga pendidikan berupa sekolah tinggi dengan program studi agama islam. Sayangnya, fasilitas tersebut masih dinilai kurang memadai di Kabupaten Jombang. Isu pendidikan tinggi bagi kalangan santri di Kabupaten Jombang ini direspon dengan baik oleh pemerintah. Hal itu tertuang dalam susunan RTRW Kabupaten Jombang tahun 2009. Sehingga pemerintah mendorong dibangunnya fasilitas-fasilitas pendidikan tinggi yang layak di Kabupaten Jombang. Dengan adanya sekolah tinggi tersebut, santri dari pesantren-pesantren di Kabupaten Jombang dapat melanjutkan pendidikan tinggi formal di Kabupaten Jombang sembari terus melanjutkan pendidikan pesantrennya tanpa harus pergi ke kota lain. Pendidikan tinggi di Kabupaten Jombang erat kaitannya dengan budaya pesantren yang telah mendarah daging pada santri-santri calon mahasiswanya. Pesantren dengan unsur-unsur pembentuknya yaitu kiai, santri, masjid, pondok, dan kitab-kitab klasik seolah-olah telah menjadi kultur tersendiri. Kultur tersebut setingkali merupakan fenomena unik yang jarang ditemukan dalam dunia akademik. Sehingga dalam perancangan sekolah tinggi agama islam tersebut, perlu diterapkan nilai-nilai dan metode pembelajaran pesantren. Perancangan sekolah tinggi agama islam berbasis pesantren ini menggunakan pendekatan yang yang mampu mewadahi nilai-nilai dan metode pembelajaran pesantren tersebut dalam wujud bangunannya. Selain itu, dalam perancangan sekolah tinggi agama islam berbasis pesantren, perlu pendekatan arsitektural yang tidak hanya fokus pada aspek-aspek fungsional, lingkungan dan estetikanya namun juga beradaptasi dengan perilaku-perilaku calon penggunanya yakni santri-santri yang akan menjadi mahasiswa. Oleh sebab itu, penulis memilih pendekatan arsitektur perilaku. Arsitektur perilaku menitikberatkan hubungan bangunan dan lingkungannya dengan perilaku penggunanya, yang dalam hal ini yaitu perilaku yang terkait dengan metode pembelajaran dan penanaman nilai-nilai pesantren. Hal ini dicapai melalui persepsi pengguna atau pengamat terhadap obyek dan lingkungan sekitarnya. Dengan integrasi nilai-nilai keislaman yang diterapkan pada rancangan, diharapkan rancangan dapat meningkatkan potensi seorang santri mengembangkan budaya dan keilmuan Islam secara umum untuk skala besar khususnya di Kabupaten Jombang, serta meningkatkan sumber daya manusia khususnya santri dan warga masyarakat yang mengembangkan ajaran-ajaran Islam melalui pendidikan tinggi