HASAN HANAFI DAN GAGASANNYA ATAS PEMBACAAN ULANG TEOLOGI ISLAM

Penelitian ini berangkat dari sebuah kenyataan bahwa fenomena sosial berkembang begitu cepat, sementara kosa gerak (the vocabularies of movement) dalam wacana studi Islam berjalan di tempat sehingga kosa tumpul untuk memahami pergerakan realitas. Hal tersebut membuat studi Islam mengalami ketidak seimbangan, seperti sekarang ini studi Islam mengalami peningkatan dalam hal pewacanaan, tapi dalam prateknya “tidak”. Tidak dalam artian tidak memiliki kebijakan pragmatis dalam kehidupan sosial masyarakat. Jadi studi Islam seperti teologi hanya berhenti sebatas teori atau konsep yang hanya diperdebatkan. Sehingga, hal tersebut tidak mampu menyelesaikan problem yang ada di dalam kehidupan sosial (problem real). Ditambah lagi dengan meningkatnya pewacanaan terhadap studi Islam bukan melahirkan kesadaran akan “multiple meanings” atau “surplus of meaning” yang merupakan sine a quo non atau interpretasi yang bersifat on going process, melainkan anggapan-anggapan negatif di kalangan sebagian masyarakat yang mengalami “out of died”. Hal tersebut terjadi, karena masih kuatnya wacana hegemonic di dalam studi islam yang bersifat status quo dan menindas. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembacaan ulang teologi islam dalam rangka merekonstruksi teologi yang bersifat teoritis, statis dan teosentris menjadi praksis, dinamis dan humanis. Sehingga wajah agama tidak lagi menjadi tempat mengeluh dan pelarian, melainkan mampu menjadi senjata revolusi. Hasan Hanafi salah satu tokoh yang banyak melontarkan kritikan atas kejumudan beragama dan bertelogi yang statis dan menindas. Penelitian ini adalah upaya mengeksplorasikan pemikiran Hasan Hanafi dalam hal merekonstruksi ulang teologi yang masih banyak orang takut dengan hal tersebut. Penelitian ini masuk dalam katagori Library Research yang bersifat Deskriptif-Analisis. Sedangkan obyek fomal yang digunakan untuk membaca obyek materilanya, peneliti mengunakan teori hermeneutika yang dirumuskan oleh Hans-Georg Gadamer