CORAK TARJAMAH AL-QUR’AN BENTUK NADZAM (Kajian Intertekstualitas dalam Tafsir Pasĕ)

Penerjemahan Al-Qur’an kepada bahasa-bahasa selain Arab telah dilakukan oleh para ulama terdahulu dengan tujuan untuk memudahkan masyarakat dalam memberi pemahaman dan memahami teks Al-Qur’an. Model interpretasi Al-Qur’an terus berkembang seiring berkembangnya zaman, Al-Qur’an yang sarat akan nilai seni dan sastra memunculkan salah satu model penafsiran yaitu corak sastra. Salah satu di antara karya-karya yang muncul ialah Tafsir Pase yang memuat tarjamah bentuk nazham (puisi dan bersajak) dalam bahasa Aceh. Kajian ini akan mengulas unsur pembentuk dan transformasi makna tarjamah nazham dalam Tafsir Pase yang mengacu kepada terjemahan nazham karya Tgk. Mahjiddin Jusuf sebagai karya hipogram dan transformasi. Terdapat empat surat pilihan yang dijadikan sebagai objek pembahasannya, yaitu surah Al-Qᾱri’ah, Al-Bayyinah, Al-Qadr, dan. At-Tin. Dalam kajiannya, nazham merupakan salah satu bentuk sastra puisi Aceh yang tentunya terikat dengan struktur dan kaidah-kaidah bahasa Aceh dalam sajak-sajaknya. Termasuk di dalamnya pola dalam persajakan puisi Aceh yang menjadi acuan dari bentuk tarjamah Al-Qur’an nazham ini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan intertekstualitas dari Julia Kristeva yang dalam proses pemaknaannya berkorespondensi dengan apa yang disebut oleh Kristeva dengan istilah genoteks dan fenoteks. Dalam proses pemaknaan keduanya tidak bisa berdiri sendiri. Paham ini menyatakan bahwa setiap teks dan bacaan merupakan mozaik kutipan-kutipan dari teks-teks lain, sehingga memungkinkan menemukan makna-makna baru melalui kode-kode teks sebelumnya. Jenis penelitian ini ialah kualitatif, dengan penelitian kepustakaan (library research). Melalui studi literature research yang relevan, serta pengamatan yang mendalam melalui e-Survey (via online). Sementara metode yang digunakan ialah metode deskriptif analitik. Dari penelitian ini ditemukan bahwa munculnya karya Tafsir Pase memiliki keterpengaruhan yang kuat terhadap tradisi kajian Islam pada masa Samudera Pasai serta karya-karya yang lahir pada masa itu. Tarjamah Al-Qur’an bentuk nazham merupakan salah satu karya inovasi baru yang kemunculannya tidak lepas dari keterpengaruhan unsur sejarah, politik, sosial, dan budaya, khususnya masyarakat Aceh sebagai bentuk dari pelestarian budaya tradisi kajian Islam. Keterpengaruhan ini juga berasal dari karya teks-teks sebelumnya (mozaik) yang tergolong dalam kategori sastra Aceh seperti Hikayat Prang Sabe, Akhbarul Na’im, Nasihatul Awal, Nazham Sembahyang, dan karya lainnya. Teks lainnya tidak hanya berbentuk tulisan ataupun lisan, namun situasi dan kondisi yang terjadi menjadi teks tersendiri yang dibaca oleh para intelektual untuk menciptakan sebuah karya. Terkait bentuk transformasi pemaknaan dari kedua karya yang memiliki sistem bahasa Aceh yang sama, keduanya berkorenpondensi terhadap struktur bahasa, kaidah-kaidah genre; termasuk pola persajakan rima dan ritme, dialek bahasa dan gaya interpretasi. Hasilnya, pemaknaan terhadap tarjamah Al-Qur’an bentuk nazham dalam Tafsir Pase dilakukan penyesuaian bahasa yang terlihat lebih memudahkan untuk dipahami serta lebih memperjelas makna ayat dalam surat dari setiap sajak-sajaknya