KONSEP MUSNAD DAN IMPLIKASINYA MENURUT ABU AMR AL-DANI (Studi Pemikiran dalam Kitab Juz fi Ulum al-Hadis fi Bayan al-Muttasil wa al-Mursal wa al-Mauquf wa al-Munqati’)

Ulum al-hadis kurang mendapat porsi dalam kajian hadis. Hal ini karena sejak zaman dahulu tidak banyak perkembangan yang berarti bagi ulum al-hadis. Istilah terminologis juga tidak banyak berubah. Salah satu ulama yang turut memiliki karya dalam bidang ulum al-hadis adalah Abu Amr al-Dani. Karyanya yang berjudul Juz Fi Ulum al-Hadis Fi Bayan al-Muttasil wa al-Mursal wa al-Mauquf wa al-Munqati’, ia berfokus kepada empat kriteria hadis tersebut. Berbeda dengan al-Hakim, al-Dani memberikan ketegasan dengan menambahkan kalimat لا إشكال في اتصاله (tidak ada keraguan dalam persambungannya). Selain itu, al-Dani tidak menambahkan kata masyhur dalam definisinya mengenai musnad. Juga proses pemaknaan mengenai konsep dalam definisi yang beliau jelaskan. Apakah hanya sigat sima’ saja yang bisa tergolong hadis musnad?. Bagaimana sebenarnya yang dimaksud dengan Zahir sima’ tersebut?. al-Dani menjelaskannya melalui delapan indikator. Adapun delapan kriteria tersebut adalah a). Harus menggunakan metode sima’. b). Atau jalur-jalur khusus yang masyhur dalam periwayatan secara kualitas. c). Redaksi periwayatan tertentu dari rawi pertama (sahabat) yang masyhur kesahabatannya. d). Sigat ‘An ( عن ) bisa dikategorikan manakala memenuhi syarat tertentu. e). Sigat-sigat periwayatan yang pada umumnya asing pada periwayatan hadis, namun bisa dikategorikan bersambung. f). Riwayat tabiin mengenai keadaan masa nabi atau hal-hal eskatologis yang tidak menyebutkan nama sahabat. g). Riwayat bersumber dari sahabat, akan tetapi sahabat tidak mengatakan bahwa hal tersebut bukan dari nabi saw. h). Jika dikatehui terjadi tadlis dalam periwayatan, dimana rawi yang melakukan tadlis secara kualitas belum atau tidak terpercaya. Penelitian ini berjenis kualitatif dengan menggunakan kajian kepustakaan (library reseach). Adapun metode yang digunakan adalah desktriptif-analitis, dimana dalam pengolahan data-data yang penulis peroleh dengan mendeskripsikan pemikiran al- Dani kemudian berusaha menganalisisnya. Setelah melakukan penelitian, dihasilkan tiga kesimpulan. Pertama adalah secara metodologis, al-Dani tidak memiliki signifikansi tertentu karena beliau banyak mengutip dari al-Hakim. Kedua adalah secara definitif, antara al-Dani dengan al-Hakim tidak memiliki perbedaan yang siginifikan dalam mendifinisikan musnad yaitu hadis yang sanadnya bersambung antara satu orang rawi dengan rawi lainnya dibuktikan dengan angka (umur) yang dimungkinan untuk bertemu sampai dengan Rasulullah saw melalui sahabat. Ketiga adalah al-Dani memiliki dalam menjelaskan konsepnya menggunakan indikatorindikator. Dimana hal tersebut belum pernah dijelaskan oleh tokoh sebelumnya. Indikator di atas adalah bentuk signifikansi pemikiran al-Dani dalam hadis yang tidak dijelaskan oleh ulama lainnya