PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL OLEH LEMBAGA PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN ANAK DALAM MENANGGULANGI ISU PERUNDUNGAN SIBER PADA ANAK DI INDONESIA

Perundungan siber pada anak merupakan masalah kompleks bagi sebuah negara, termasuk Indonesia. Menurut beberapa penelitian, belum ada bentuk tindakan preventif yang efektif untuk mencegah perundungan siber ini. Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian Katz (2014) dan Spears (2018) menemukan bahwa pencegahan melalui media sosial menjadi efektif. Hal ini didasari oleh sifat media sosial yang dapat menjangkau lebih luas, khususnya di kalangan usia anak dan remaja. Lembaga perlindungan dan kesejahteraan anak berperan penting dalam hal ini. Indonesia memiliki Komisi Perlindungan Anak Indonesia, sebagai lembaga negara independen yang diatur Undang-Undang, untuk mengawasi penyelenggaraan hak anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah KPAI ketika menggunakan media sosial dalam menanggulangi perundungan siber pada anak, dan mengetahui tantangan KPAI saat menggunakan media sosial. Menurut kajian penelitian terdahulu, peneliti menemukan bahwa literatur yang membahas penggunaan media sosial oleh lembaga perlindungan anak masih terbatas, khususnya di Indonesia. Maka peneliti berusaha mengisi gap tersebut. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode studi kasus. Penelitian melibatkan lima orang partisipan, yang terdiri dari tiga orang yang termasuk dalam tim konten kreator media sosial, seorang staf pengaduan online, dan Komisioner KPAI Bidang Pornografi dan Cyber Crime. Selain itu peneliti melakukan observasi melalui media sosial KPAI. Peneliti menemukan bahwa KPAI berusaha melakukan konstruksi sosial di media sosial, melalui konten-konten edukasi tentang perundungan siber. Hal ini dilihat dari proses tim kreator konten ketika mempersiapkan bahan konstruksi, hingga didistribukan melalui media sosial yang menyasar anak-anak hingga orang dewasa. Peneliti juga menemukan bahwa masih terdapat beberapa hambatan, yang menjadi alasan penggunaan media sosial KPAI belum maksimal. Children's cyber-bullying is a complex problem for a country, including Indonesia. According to several studies, there is no form of effective preventive action to prevent this cyber-bullying issue. In recent years, research by Katz (2014) and Spears (2018) has found that prevention through social media is effective. This is based on the social media feature that can reach a wider audience, especially among children and adolescents. Child protection and welfare institutions play an important role in this. Indonesia has the Komisi Perlindungan Anak Indonesia, as an independent state institution regulated by law, to oversee the implementation of children's rights. This study aims to determine KPAI's steps when using social media to address the issue of children cyber-bullying, and to find out the challenges of KPAI when using social media. According to previous research studies, researchers found that the literature that discusses the use of social media by child protection institutions is still limited, especially in Indonesia. So the researchers tried to fill the gap. Researchers used a qualitative approach, with a case study method. The study involved five participants, three people as social media content creator team, one online complaint department staff, and the KPAI Commissioner for Pornography and Cyber Crime. Besides, researchers made observations through KPAI’s social media. Researchers found that KPAI is trying to carry out social construction on social media, through educational content about cyber-bullying. This can be seen from the process of the content creator team when preparing construction materials, and their distribution through social media targeting children till adults. Researchers also found that there are still several challenges, which are the reasons for the not optimal use of KPAI's social media