ANALISIS CHEMICAL MARKERS SERTA PENGARUH TINGKAT KEPOLARAN PELARUT TERHADAP SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI TUMBUHAN KELADI TIKUS (Typhonium flagelliforme)

Obat tradisional telah dikenal dan digunakan di Indonesia selama ribuan tahun. Penggunaan obat tradisional sebagai jamu sudah populer sejak zaman nenek moyang dan terus dilestarikan dan menjadi warisan budaya sampai saat ini. Salah satu tumbuhan asli Indonesia yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah tumbuhan keladi tikus (Typhonium flagelliforme). Tumbuhan dari genus Typhonium memiliki berbagai aktivitas farmakologi, diantaranya sebagai antiinflamasi, antikanker, antioksidan, dan antibakteri. Berbagai aktivitas farmakologi yang dimilikinya erat kaitannya dengan keberadaan senyawa metabolit sekunder. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat kepolaran pelarut terhadap senyawa metabolit sekunder yang berhasil diisolasi dari tumbuhan keladi tikus, mengetahui golongan senyawa yang menjadi chemical markers, dan mengetahui jalur biosintesis dari senyawa chemical marker. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur (literature review). Alur penelitian diawali dengan penentuan topik, penelusuran literatur, seleksi literatur, analisis data, dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Literatur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tiga artikel rujukan utama yang diperoleh dari sciencedirect, google scholar, dan research gate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepolaran pelarut berpengaruh terhadap senyawa metabolit sekunder yang dapat diekstraksi dari Typhonium flagelliforme, penggunaan pelarut polar menghasilkan senyawa dari golongan flavonoid, sedangkan penggunaan pelarut semipolar menghasilkan senyawa dari golongan steroid, terpenoid, dan turunan klorofil. Senyawa yang menjadi chemical markers adalah senyawa turunan klorofil, yaitu pheophorbide-a, pheophorbide-a’, pyropheophorbide-a, dan metil pyropheoprbide-a, dan juga senyawa golongan terpenoid, yaitu fitol. Senyawa turunan klorofil tersebut memiliki aktivitas antikanker terhadap sel kanker paru NCI-H23 dan sel kanker payudara HS578T, dan aktivitasnya meningkat setelah dilakukan iradiasi dengan cahaya, sedangkan fitol memiliki aktivitas antikanker terhadap sel kanker paru NCI-H23 dengan IC50 sebesar 7,5 µg/mL. Traditional medicine has been known and used in Indonesia for thousands of years. The use of traditional medicine as herbal medicine has been popular since the time of the ancestors and continues to be preserved and becomes a cultural heritage to this day. One of the native plants of Indonesia that can be used as traditional medicine is keladi tikus plant (Typhonium flagelliforme). Plants of the genus Typhonium have various pharmacological activities, including anti-inflammatory, anticancer, antioxidant, and antibacterial. Its various pharmacological activities are closely related to the presence of secondary metabolites. The purpose of this study was to determine the effect of the polarity level of the solvent on the secondary metabolite compounds isolated from the keladi tikus plant, to determine the class of compounds that become chemical markers, and to determine the biosynthetic pathway of chemical marker compounds. The research method used is a literature review. The research flow begins with topic determination, literature search, literature selection, data analysis, and ends with drawing conclusions. The literature used in this study are three main reference articles obtained from sciencedirect, google scholar, and research gate. The results showed that the level of polarity of the solvent affected the secondary metabolite compounds that could be extracted from Typhonium flagelliforme, the use of polar solvents yielded compounds from the flavonoid group, while the use of semipolar solvents yielded compounds from the steroids, terpenoids, and chlorophyll derivatives Compounds that become chemical markers are chlorophyll derivative compounds, namely pheophorbide-a, pheophorbide-a', pyropheophorbide-a, and methyl pyropheoprbide-a, as well as terpenoid compounds, namely fitol. The chlorophyll-derived compounds have anticancer activity against lung cancer cells NCI-H23 and breast cancer cells HS578T, and their activity increases after light irradiation, while fitol has anticancer activity against lung cancer cells NCI-H23 with an IC50 of 7.5 µg/mL