EVALUASI KINERJA SIMPANG TIGA BERSINYAL (STUDI KASUS : JL. KELAPA 2 – JL. HAMADI PANTE KOTA JAYAPURA)

Kemacetan yang terjadi adalah bertambahnya kepemilikan suatu kendaraan baik kendaraan motor maupun mobil pribadi, kemudian belum maksimalnya pengoperasian fasilitas kendaraan angkutan umum, mobilitas yang semakin tinggi dari segi ruang dan waktu dan juga terbatasnya lahan sumber daya untuk pelebaran dan pembangunan jalan raya dan juga transportasi lainnya seperti yan terjadi pada ibukota Provinsi Papua Yaitu di Kota Jayapura. Tujuan dilakukan penelitian adalah untuk mengetahui kinerja simpang tiga bersinyal pada Jl. Kelapa 2 – Jl. Hamadi Pante pasda saat ini (2021) dan pada kondisi lima tahun mendatang. Metode yang digunakan dalam proses evaluasi kinerja simpang tiga bersinyal menggunakan panduan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif menumpulkan data menggunakan survei dan eksperimen. Setelah dilakukan penelitian dan perhitungan didapatkan jam puncak yang terjadi pada hari senin, 6 September 2021 pukul 17.00 – 18.00 dengan total arus lalu lintas sebesar 1146,4 smp/jam dan derajat kejenuhan pendekat barat 0,85 pendekat arah timur 0,62 dan pendekat arah selatan 0,37 dan dapat disimpulkan bahwa simpang tersebut melebihi batas persyaratan dari MKJI 1997 (DS > 0,85). Kemudian dilakukan alternatif yaitu dengan membuat simpang menjadi 2 fase dari yang tadinya berjumlah 3 fase kemudian didapatkan hasil derajat kejenuhan arah pendekat barat 0,65 pendekat arah timur 0,67 dan pendekat arah selatan 0,74. Kinerja simpang tiga bersinyal dalam kurun waktu 5 tahun mendatang berdasarkan hasil analisa menunjukan tingkat kinerja simpang tiga bersinyal menunjukan di tahun 2022 sampai 2024 derajat kejenuhan masih dibawah batas persyaratan ( DS < 0,85) dan pada tahun 2025 – 2026 nilai derajat kejenuhan (DS) pada tiap-tiap arah pendekat sudah melebihi batas toleransi yang diizinkan