Penanaman Nilai-Nilai Spiritual melalui Kegiatan Keagamaan untuk Membentuk Karakter Siswa (Studi Kasus Di Kelas Xi Mipa 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Kudus)

pembentukan karakter pada siswa adalah melalui penanaman nilai-nilai spiritual pada siswa. Seperti halnya di MAN 1 Kudus, hal ini dibuktikan oleh peneliti dalam upaya pembentukan karakter melalui kegiatan keagamaan untuk menanamkan nilai-nilai spiritual pada siswa. Penelitian Ini menggunakan metode field research yang disajikan secara deskriptif kualitatif. Jadi karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus maka peneliti berusaha meneliti lebih mendalam tentang sumber data dan berbagai teknik pengumpulan data. Dua sumber data yang memberikan data yang berbeda, maka data tersebut belum pasti. Pengumpulan data dengan observasi langsung di MAN 1 Kudus dan mewawancarai pihak sekolah terkait dengan Nilai-nilai Spiritual melalui Kegiatan Keagamaan untuk Membentuk Karakter Siswa. Penelitian ini fokus pada Penanaman Nilai-Nilai Spiritual melalui Kegiatan Keagamaan untuk Membentuk Karakter Siswa di MAN 1 Kudus. Rumusan masalah peneletian ini yaitu: (1) Seperti apakah penanaman nilai-nilai spiritual dalam membentuk karakter siswa di MAN 1 Kudus (2) Seperti apakah kegiatan keagamaan dalam membentuk karakter siswa di MAN 1 Kudus (3) Apa saja faktor pendukung dan penghambat penanaman nilai-nilai spiritual melalui kegiatan keagamaan dalam membentuk karakter siswa MAN 1 Kudus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan Penanaman Nilai-Nilai Spiritual melalui Kegiatan Keagamaan untuk Membentuk Karakter Siswa MAN 1 Kudus, (1) Siswa mampu mengikuti apa yang diarahkan oleh para guru dan mempraktekan apa yang dicontohkan kepada mereka, dengan bukti semua siswa selalu menerapkan 5S (SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN, dan SANTUN) kepada guru atau siapapun yang mereka jumpai di lingkungan sekolah atau diluar sekolah, (2) Pembiasaan kegiatan keagamaan melalui pembelajaran disekolah, guru hanya menyampaikan serta mengajak siswa untuk praktek agar tidak hanya sekedar teori-teori saja, sehingga siswa lebih dapat mempelajari dan mempraktekkannya serta dapat meningkatkan keagamaannya yang lebih religius. (3) Faktor Pendukung: Mendapat support (dukungan), Fasilitas yang memadai, Teman seperjuangan, Adanya penghargaan,Guru yang kompeten. Sedangkan faktor penghambat: Waktu dan tenaga, Bakat siswa yang berbeda-beda