Populisme Dan Politik Hasrat (Tinjauan Psikoanalisis Lacanian Atas Pidato Kampanye Kandidat Pilpres 2019)

Populisme mungkin merupakan kata yang paling populer untuk merujuk pada gejala politik yang berkembang dewasa ini. Populisme seringkali diidentikkan dengan strategi seorang pemimpin politik dalam mengkonsolidasi dukungan rakyat secara langsung melalui gaya dan retorika anti elite, personalisasi sebagai bagian dari kehendak rakyat, dan berujung pada pembelahan antara rakyat vs elite. Beberapa sarjana menilai keberhasilan dalam strategi ini terletak pada apa yang disebut identifikasi antara rakyat dan pemimpin populis. Bagaimana identifikasi itu berlangsung, tulisan ini bertujuan mencermati proses tersebut dengan memasukkan kata kunci yang disebut politik hasrat, dengan meminjam konsep hasrat dari psikoanalisis Lacanian. Dengan menggunakan beberapa konsep dari psikoanalisis Lacanian serta menggunakan metode kualitatif interpretatif tulisan ini menunjukkan proses identifikasi tersebut dengan sebuah analisis psikoanalisis pada pidato dua pemimpin populis Indonesia, Prabowo Subianto dan Joko Widodo sebagai salah satu representasi dari populisme. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dua pemimpin populis Indonesia Prabowo dan Jokowi sama-sama menggunakan politik hasrat dalam narasi mereka atau berhasil membangkitkan hasrat subjek dalam pidato mereka dengan beberapa identitas yang dimunculkan seperti identitas Islam pada Prabowo dan identitas nasionalis pada Jokowi, sehingga membuat subjek pada akhirnya mengidentifikasi diri dan besar kemungkinan memberikan suara pada masing-masing kandidat. Tulisan ini juga memperlihatkan bahwa dari narasi kedua kandidat Pilpres 2019 tampak tidak ditujukan untuk subjek atau rakyat secara umum tetapi subjek yang telah cenderung memberi dukungan pada keduanya. Selain itu, tulisan ini juga mengeksplorasi suatu fenomena yang selalu melekat pada populisme yaitu pembelahan politik masyarakat, dalam konteks ini adalah masyarakat Indonesia. Tulisan ini memperlihatkan bahwa pembelahan politik masyarakat itu disebabkan oleh dua diskursus politik yang sangat dominan dalam masyarakat Indonesia hingga dewasa ini yaitu politik Islam dan Nasionalis