Konstruksi Pedoman Jurnalisme Positif di Media TIMES Indonesia

Media massa, baik mainstream maupun daring, sering memuat berita negatif yang berdampak buruk bagi psikologis masyarakat. Pemberitaan seperti korupsi, bencana, drama kepentingan politik, berita bernada sensasional adalah contoh berita negatif yang sering diangkat media secara berlebihan. Jurnalisme positif hadir dan berkembang sebagai reaksi atas jurnalisme negatif. Shauna Crockett-Burrows pertama kali memperkenalkan gaya jurnalisme baru pada 1993 melalui media yang bernama The Positive News. Di Indonesia sendiri, praktik jurnalisme positif dimulai pada 2009 oleh media Good News From Indonesia. Kemudian menyusul TIMES Indonesia pada 2014 dan Beritabaik pada 2018 yang secara gamblang menyatakan diri mengusung gaya jurnalisme positif. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana TIMES Indonesia memproses berita-beritanya sehingga memiliki dampak positif yang berguna bagi masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana TIMES Indonesia mengonstruksi pedoman penulisan jurnalisme positif. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan konsep Konstruksi Sosial Atas Realitas yang ditulis Berger dan Luckmann. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan memandang dengan paradigma konstruktivisme. Peneliti menggunakan metode studi kasus dengan wawancara mendalam dan studi dokumen sebagai teknik pengumpulan data. Hasil temuan menunjukkan bahwa proses dialektika tercermin dalam pembentukan Trilogi Jurnalisme Positif. Jurnalisme positif penting dikembangkan di Indonesia untuk menciptakan optimisme masyarakat dalam memandang dunia. Perumusan, penerapan, dan cara kerja Trilogi Jurnalisme Positif dapat menjadi inspirasi bagi para pelaku media dalam mengembangkan rubrik jurnalisme positif