Dinamika Stres Pengasuhan Pada Orangtua dengan Anak Bibir Sumbing

This study aims to explore the dynamics of parenting stress experienced by parents with cleft children. Previous studies were conducted with quantitative methods. therefor a qualitative approach is used to better understand the dynamics of parenting stress through parents' perspective. Purposive sampling is used with the help of NGO who facilitate families with cleft children. The data is analyzed with thematic analysis and cross-case comparison. Result shows that parenting stress began with a stressor, which is the fact that parents had clef children. Parents then showed emotional and behavioral responses which potentially trigger parenting stress influenced by risk and protective factors. Existing risk factors could predict a higher level of parenting stress, meanwhile protective factors are able to reduce the level of parenting stress. This study further finds that mixed emotion could appear as an emotional response, also that religious value played an important role as a protective factor.Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika parenting stress yang dialami orang tua dengan anak bibir sumbing. Berbagai studi sebelumnya dilakukan dengan metode kuantitatif, sehingga penelitian ini memakai pendekatan kualitatif untuk memahami dinamika parenting stress secara mendalam melalui persepektif orang tua. Teknik purposive sampling digunakan dengan bantuan NGO yang memfasilitasi keluarga dengan anak bibir sumbing. Analisis data dilakukan dengan metode analisis tematik dan cross-case somparison. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parenting stress dimulai dengan adanya stressor, yaitu fakta bahwa orang tua memiliki anak yang sumbing. Orang tua menunjukkan respon emosi dan perilaku yang berpotensi memunculkan parenting stress, di mana proses ini dipengaruhi oleh faktor risiko dan faktor protektif. Keberadaan faktor risiko dapat meningkatkan parenting stress, sedangkan faktor protektif dapat meredakannya. Penelitian ini juga menemukan bahwa emosi ambivalen dapat muncul sebagai respon emosi, juga bahwa nilai religius memiliki peran penting sebagai faktor protektif