PESAN FEMINISME ISLAM: ANALISIS FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh film perempuan berkalung sorban merupakan film drama romantis yang bertema Islam dirilis pada tahun 2009 dan disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film ini merupakan adaptasi dari sebuah novel yang berjudul sama tahun 2001 yang ditulis oleh Abidah El Khalieqy, penulis wanita asal Jombang. Film ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang wanita cerdas, berani dan berpendirian kuat yang dibesarkan dalam lingkungan dan tradisi Islam konservatif di keluarga kyai yang mengelola sebuah pesantren kecil. Saat dirilis, film ini disambut dengan kontroversi di Indonesia beberapa kalangan menuding film ini menyesatkan dan fitnah terhadap Islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang dan sejarah lahirmya feminisme, memahami bagaimana pandangan islam tentang feminisme dan mengkaji bentuk-bentuk feminism islam yang ditampilkan dalam film perempuan berkalung sorban. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan analisis semiotika Roland Barthes, yang relevan dengan penelitian sebuah film. Teknik pengumpulan data adalah dengan mengelompokkan bagian-bagian dari film tersebut yang mengandung pesan-pesan feminisme. Ada 5 sequel yang penulis analisis, pada hasil analisis dimasukkan dalam sub topik skripsi ini. Penelitian ini, mendapati bawha latar belakang lahirnya pemikiran feminisme awalnya dikarenakan tindakan diskriminasi terhadap kaum perempuan. Menganggap bahwa perempuan hanyalah sebagai pekerja domestik seperti menyiapkan makanan laki-laki, mencuci piring, dan sebagainya. Perempuan juga dipersepsi sebagai manusia yang memiliki kelemahan, keterbatasan, selalu menggunakan perasaan, dan tidak logis. Dalam Islam sendiri sebenarnya sudah sejak awal kedatangannya mempromosikan konsep kesetaraan dan feminisme ini diterapkan. Adapun pesan feminisme yang terkandung dalam film perempuan berkalung sorban, menurut penulis terdiri dari 5 sequel yaitu: Tidak mensubordinasi kaum perempuan, menghindari kekerasan fisik terhadap perempuan, tidak menganggap perempuan tidak cocok bekerja sebagaimana laki-laki, dan perempuan pun berhak menjadi pemimpin dan mendapatkan pendidikan yang layak