TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ZAKAT PROFESI

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui zakat profesi hasil penyuapan dalam hukum Islam. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), dengan pendekatan yuridis normatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil editing, organizing, finding. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: Pertama, hasil kajian majma' fiqh dan fatwa MUl nomor 3 tahun 2003 menegaskan bahwa: "zakat penghasilan itu hukumnya wajib". Terjadi perbedaan pendapat mengenai zakat profesi. Ulama empat madzhab tidak mewajibkan zakat penghasilan pada saat menerima kecuali sudah mencapai nishab dan sudah sampai setahun (haul). Ada juga Ulama yang tidak mewajibkan zakat profesi, Abu Bakar as-Shiddiq tidak memungut zakat dari harta kecuali jika mencapai haul. Jadi zakat profesi itu wajib apabila telah mencapai nisab. Kedua, dalam Perspektif Al-Qur'an, Perspektif Al-Hadis, Perspektif Hukum Islam suap hukumnya adalah haram karena dalam Al-Baqarah: 188 menerangkan tentang larangan mengambil harta orang lain secara bathil dalam bentuk dan cara apapun. Dalam hadis pun dikatakan bahwa Allah, Nabi Muhammad melaknat orang yang menyuap dan penerima suap dalam proses hukum, serta dimasukan dalam api neraka. Setiap daging yang ditumbuhkan dengan makanan haram, maka api neraka lebih utama baginya.Ketiga, zakat profesi hasil suap adalah haram, berbeda dengan gaji profesi hasil penyuapan. Hasil Suap itu didapat dari mengambil harta orang/hak orang lain, sedangkan gaji hasil profesi adalah hasil yang memang benar adalah hasil usaha yang di dapat dari bekerja. Zakat profesi hasil suap berbeda dengan zakat dari gaji hasil profesi. Kesimpulan dari semua penjelasan diatas adalah berzakat menggunakan gaji profesi hasil penyuapan adalah boleh jika orang tersebut sudah bertobat dan tidak mengulanginya lagi