praktik pembagian harta waris pada anak angkat di kecamatan batang masumai dalam perspektif hukum islam

Dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pada pasal 1 dijelaskan sebagai berikut: ”Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” . Berdasarkan paparan sebelumnya, dapat dipahami bahwa ikatan perkawinan yang dibentuk oleh seorang pria dan wanita sebagai suami istri dilakukan dengan tujuan agar lahirnya keturunan/anak sebagai penerus dalam keluarganya. Oleh karena itu, orang tua memiliki kewajiban untuk mengurus, mendidik, dan memelihara anaknya agar tumbuh menjadi anak yang dapat diterima oleh lingkungan dan masyarakat setempat serta berguna bagi bangsa dan negara.1. Praktik pembagian harta warisan terhadap anak angkat (adopsi) di Kecamatan Batang Masumai masih menggunakan tradisi dan membagikan harta warisan sesuai dengan keinginan si pewaris. Pembagian warisan kepada anak angkat bahkan melebihi dari 1/3 harta. Prosedur pengangkatan anak hanya dilakukan menurut tradisi bukan merujuk pada peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. 2. Dampak praktik pembagian harta warisan terhadap anak angkat (adopsi) di Kecamatan Batang Masumai terjadinya perpecahan antara keluarga karena sikap ketidak terimaan bagian anak angkat lebih besar melampui dari 1/3 warisan, terjadinya miss komunikasi antar keluarga dan mengedepankan ego masing-masing. Kata Kunci : Waris, Anak Angkat, Hukum Isla