LIVING QUR’AN AL-AHZAB : 56 (KAJIAN PEMAHAMAN AYAT SHALAWAT DI MAJELIS AL-BURDATUL MUKARROMAH BEREMBANG)

Shalawat bukan lagi suatu amalan yang tabu dikalangan masyarakat. Shalawat tidak hanya diperintahkan untuk diamalkan dalam ibadah mahdah, namun juga harus diamalkan setiap saat. Majelis shalawat hadir sebagai wadah untuk mengajak kaum muslimin melaksanakan perintah shalawat dalam keadaan apapun. Kali ini penulis tertarik untuk meneliti di Majelis Al-Burdatul Mukarromah. Dengan mengembangkan berbagai creative interpetation, yaitu berbagai syair yang isinya berupa pujian-pujian kepada Allah, pujian-pujian kepada Nabi Muhammad beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, serta syairsyair Islami lainnya. sehingga shalawat dapat diterima oleh berbagai kalangan. Melihat dari latar belakang dan kalangan yang berbeda-beda pada setiap anggota majelis, apakah mereka benar-benar memahami apa yang mereka amalkan, dari mana dalil mereka dalam bershalawat, dan apa tujuan mereka melakukan shalawat tersebut. Jenis penelitian ini adalah Living Qur’an. Living Qur’an sebagai penelitian yang bersifat keagamaan (religious research). Adapun metode yang penulis gunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan tersebut membuat penulis berhadapan langsung dengan responden untuk mengumpulkan data-data informasi yang dibutuhkan, baik dari lokasi individual atau kelompok bagaimana pemahaman mereka tentang ayat-ayat yang menerangkan tentang perintah shalawat. Kemudian setelah data-data dan informasi terkumpul, penulis mendeskripsikan data-data yang kemudian diolah dalam tahap analisis hasil pembahasan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teknik analisis deskriptif. Hasilnya penulis menyimpulkan bahwa anggota majelis Al-Burdatul Mukarromah memahami shalawat sebagai perintah yang diturunkan langsung oleh Allah SWT. untuk seluruh kaum muslimin, selain itu shalawat dianggap sebagai bukti rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. dan bagi yang membacanya akan memperoleh syafaat beliau di hari akhir, shalawat juga dianggap mampu menenangkan jiwa dan menghindari dari berbagai bala’ dan musibah, serta dengan adanya majelis shalawat mampu memberikan kegiatan positif kepada masyarakat khususnya para pemuda, namun mereka tidak memahami isi dari apa yang mereka baca. Karena kitab yang mereka gunakan berbahasa Arab sedangkan mereka dengan mayoritas bukan berasal dari pesantren