Kajian Metabolit Sekunder Jamur Entomopatogen Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium Tanaman Cabai In Planta

Cabai merupakan salah satu komoditas pilihan untuk usaha tani komersial. Posisi cabai menjadi penting dalam pola konsumsi makanan. Hal tersebut menyebabkan cabai memiliki peluang pasar yang semakin luas baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun industri dalam negeri maupun untuk diekspor. Salah satu gangguan yang terjadi pada tanaman cabai adalah adanya penyakit layu yang disebabkan oleh Fusarium sp. Jamur Fusarium sp. Salah satu pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan aplikasi agensia hayati, seperti penggunaan metabolit sekunder jamur entomopatogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metabolit sekunder jamur entomopatogen terhadap penyakit layu fusarium pada tanaman cabai, dan untuk mengetahui pengaruh metabolit sekunder jamur entomopatogen terhadap pertumbuhan tanaman. Penelitian dilaksanakan di screen house dan Laboratorium Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2019 menggunakan Rancangan Acak Kelopok untuk in planta dan Rancangan Acak Lengkap untuk in vitro. Perlakuan yang digunakan sebanyak 5 yaitu kontrol, metabolit sekunder Beauveria bassiana isolat Jember, metabolit sekunder Beauveria bassiana isolat Papua, metabolit sekunder Metharizhium anisopliae isolat Papua metabolit sekunder Lecanicillium lecanii diulang sebanyak 5 kali . Variabel yang diamati yaitu daya hambat, masa inkubasi, intensitas penyakit, tinggi tanaman, panjang akar, dan analisis senyawa fenol secara kualitatif. Hasil penelitian pemberian metabolit sekunder jamur entomopatogen mampu menghambat pertumbuhan F. oxysporum f. sp. capsici pada perlakuan metabolit sekunder B. bassiana isolat Jember, metabolit sekunder B. bassiana isolat Papua, metabolit sekunder M. anisopliae isolat Papua, metabolit sekunder L. lecanii berturut-turut sebesar 50,62; 50,64; 48,62; dan 56,62%; menunda masa inkubasi berturut-turut sebesar 71,05; 73,38; 64,89; dan 68,57%; dan menekan intensitas serangan berturut-turut sebesar 99,999; 99,999; 99,994; dan 99,995%. Perlakuan metabolit sekunder mampu meningkatkan tinggi tanaman berturut-turut sebesar 1,69; 2,14; 15,22; dan 18,88% dan panjang akar berturut-turut sebanyak 25,7; 33,50; 22,61; dan 26,34%. Perlakuan pemberian metabolit sekunder jamur entomopatogen pada penelitian ini mampu meningkatkan kandungan senyawa fenol yang ada pada tanaman secara kualitatif