Aplikasi Pupuk Organik Hayati, Kimia dan Metode Konservasi Tanah untuk Meningkatkan Hasil Kentang (Solanum tuberosum L.) pada Andisol di Brebes

Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah (2017), produksi kentang Jawa Tengah pada tahun 2016 adalah sebanyak 2.729.758 kuintal. Produksi tersebut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Kentang banyak dibudidayakan di andisol yang biasanya terdapat di daerah lereng dengan ketinggian 700 sampai dengan 1.500 mdpl. Andisol memiliki kelemahan dalam ketersediaan fosfor bagi tanaman. Salah satu cara meningkatkan produksi dan ketersediaan fosfor bagi tanaman adalah dengan penggunaan pupuk organik hayati dan pupuk kimia dengan metode konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pengaruh aplikasi pupuk organik hayati, kimia dan metode konservasi tanah dalam meningkatkan hasil kentang di tanah andisol (2) Mengetahui hubungan hasil kentang dan serapan P dengan perlakuan pupuk organik hayati dan kimia dengan metode konservasi di tanah andisol. Penelitian ini dilakukan di Desa Pandansari, Paguyangan, Brebes dan Laboratorium Ilmu tanah Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAK faktorial dengan tiga faktor. Faktor pertama yaitu pupuk organik (P) dengan 6 taraf terdiri dari P1 (sesuai petani/kontrol), P2 (POH 20 ton/ha), P3 (POH 15 ton/ha), P4 (POH 10 ton/ha), P5 (POH 5 ton/ha) dan P6 (POH 2,5 ton/ha). Faktor kedua yaitu pupuk kimia (K) dengan 4 taraf yang terdiri dari K1 (sesuai petani/kontrol), K2 (dosis anjuran yakni urea 300 kg/ha, SP-36 500 kg/ha, 300 kg KCl dan 200 kg kapur), K3 (1/2 dosis anjuran dan 200kg kapur) dan K4 (1/4 dosis anjuran dan 200kg kapur). Faktor ketiga yaitu lereng dengan 3 taraf yang terdiri dari L1 (bedengan sesuai petani/kontrol), L2 (bedengan sejajar kontur miring 10%) dan L3 (bedengan sejajar kontur). Ketiga faktor tersebut dikombinasi sehingga terdapat 72 perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali dan 9 kontrol sehingga sampel percobaan berjumlah 216. Variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, hasil kentang, pH H2O, dan serapan P. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret 2017 sampai dengan Desember 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan metode konservasi, pemberian pupuk organik hayati dan kimia memberi pengaruh pada hasil kentang, ditunjukkan dengan hasil kentang tertinggi diperoleh dari perlakuan metode konservasi pembuatan bedengan sejajar kontur miring 10% dengan pemberian pupuk organik hayati sebanyak 15 ton/ha dan pemberian pupuk kimia meliputi ½ dosis anjuran (Urea 150 kg/ha, SP-36 250 kg/ha, 150 kg KCl dan 200 kg kapur) diperoleh hasil kentang sebesar 42,36 ton/ha dan terdapat hubungan antara serapan P dan hasil kentang dengan bentuk hubungan kuadratik