Pembuatan Bioetanol Dari Salak Afkir Dengan Hidrolisis Enzim Selulase Cairan Rumen Sapi Dan Fermentasi Menggunakan Mikroba Saccharomyces cereviceae

Kebutuhan energi di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini berbanding terbalik dengan sumber energi yang tersedia. Penggunaan bahan bakar minyak yang berasal dari fosil masih menjadi kebutuhan utama di Indonesia, padahal bahan bakar minyak dari fosil merupakan energi tidak terbarukan yang lambat laun akan habis. Salah satu energi alternatif yang dapat dikembangkan untuk memecahkan permasalahan energi di Indonesia adalah bioetanol. Bioetanol merupakan etanol yang dibuat dari biomassa yang mengandung gula, karbohidrat, dan selulosa melalui proses biologi yaitu fermentasi yang kemudian dilanjutkan dengan proses distilasi. Salak afkir merupakan salah satu limbah pertanian yang memiliki potensi sebagai sumber bahan baku pembuatan bioetanol karena mengandung kadar gula sebanyak 10,37% dan karbohidrat sebanyak 20,9%. Cairan rumen sapi merupakan limbah peternakan yang praktis hanya dibuang dan berpotensi mencemari lingkungan. Pada penelitian ini, cairan rumen sapi dimanfaatkan sebagai sumber enzim untuk proses hidrolisis enzimatik. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kosentrasi enzim dan lama hidrolisis terbaik yang menghasilkan hidrolisat dengan kadar gula tertinggi dan (2) mengetahui pengaruh waktu fermentasi dan pengaruh konsentrasi mikroba Saccharomyces cereviceae terhadap kadar bioetanol dan rendemen bioetanol. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Sistem Thermal dan Energi Terbarukan Jurusan Teknologi Pertanian dan Laboratorium Riset dan Teknologi Universitas Jenderal Soedirman pada bulan Agustus 2018 sampai bulan November 2018. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor hidrolisis yaitu konsentrasi enzim selulase cairan rumen sapi 10%, 15%, dan 20% dengan lama hidrolisis 3 jam, 6 jam, 9 jam, dan 12 jam serta dua faktor fermentasi yaitu konsentrasi mikroba Saccharomyces cereviceae 5%, 7,5%, dan 10% dengan lama fermentasi 2 hari, 4 hari, 6 hari. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 unit percobaan hidrolisis dan 27 unit percobaan fermentasi. Variabel yang diamati yaitu kadar gula reduksi, kadar bioetanol, dan rendemen bioetanol. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi mikroba Saccharomyces cereviceae 10% dan lama fermentasi 2 hari (S3F1) merupakan perlakuan terbaik dengan rata-rata kadar bioetanol 7,033% (v/v) dan rata-rata rendemen bioetanol 2,725%