Keragaman Genetik Tanaman Jeruk Keprok (Citrus reticulata) Hasil Kultur Endosperma Berdasarkan Marka Mikrosatelit

Jeruk merupakan komoditas buah-buahan yang banyak digemari masyarakat Indonesia, salah satunya yaitu jeruk tanpa biji. Salah satu teknik terbaik untuk mendapatkan jeruk tanpa biji adalah melalui kultur endosperma. Tanaman yang memiliki level ploidi triploid biasanya akan menjadi tanaman yang steril atau tidak berbiji. Penelitian ini bertujuan untuk 1) membandingkan rasio panjang dan lebar daun tiga jenis jeruk keprok (Citrus reticulata) sebagai tanaman induk dan tanaman hasil kultur endosperma; 2) mengidentifikasi tanaman induk jeruk keprok dan tanaman jeruk keprok hasil kultur endosperma dengan marka Inter Simple Sequence Repeats (ISSR); dan 3) mengidentifikasi tanaman induk jeruk keprok dan tanaman jeruk keprok hasil kultur endosperma dengan marka Simple Sequence Repeats (SSR). Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober 2018 sampai Januari 2019 di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), Malang. Tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah tanaman induk jeruk keprok Garut (Citrus reticulata) dan tujuh aksesi hasil kultur endosperma, tanaman induk jeruk keprok Madura (C. reticulata) dan delapan aksesi hasil kultur endosperma, serta tanaman induk jeruk keprok Batu 55 (C. reticulata) dan dua puluh satu aksesi hasil kultur endosperma. Penelitian ini dibagi menjadi lima bagian utama yaitu karakterisasi berdasarkan karkater morfologi, isolasi DNA, uji kualitas dan kuantitas DNA, amplifikasi DNA, dan analisis data. Visualisasi hasil PCR dianalisis dengan aplikasi NTSYS 2.1. Ada tiga aksesi tanaman hasil kultur endosperma jeruk keprok Madura yaitu MDT 216, MDT 218, dan MDT 226 yang memiliki rasio panjang dan lebar daun yang lebih tinggi daripada tanaman induknya. Ada dua aksesi tanaman hasil kultur endosperma jeruk keprok Garut yaitu GT 110 dan GT 113 yang memiliki rasio panjang dan lebar daun lebih tinggi daripada tanaman induknya. Tidak ada tanaman hasil kultur endosperma jeruk keprok Batu 55 yang memiliki rasio panjang dan lebar daun lebih tinggi dari tanaman induknya. Analisis data primer ISSR 3 menunjukkan persentase polimorfisme sebesar 50 persen pada tanaman jeruk keprok Madura dan Batu 55 serta 2,04 persen pada tanaman jeruk keprok Garut. Analisis data primer ISSR 4 menunjukkan persentase polimorfisme sebesar 62,5 persen pada tanaman jeruk keprok Madura; 42,85 persen pada tanaman jeruk keprok Garut; dan 100 persen pada tanaman jeruk keprok Batu 55. Analisis data primer ISSR 5 menunjukkan persentase polimorfisme sebesar 42,85 persen pada tanaman jeruk keprok Madura serta 100 persen pada tanaman jeruk keprok Garut dan Batu 55. Semua tanaman hasil kultur endosperma menunjukkan kesamaan genetic dengan tanaman induknya menggunakan marka SSR. Perubahan yang diinginkan dalam tanaman hasil kultur endosperma ditunjukkan tidak hanya dalam karakteristik morfologi tetapi juga secara molekular utamanya berdasarkan marka SSR