Diskursus Pribumisasi Islam Di Ruang Publik: Dakwah Abdurrahman Wahid Perspektif Tindakan Komunikatif Jurgen Habermas

isertasi ini bertujuan untuk mengkaji gagasan pribumisasi Islam sebagai dakwah kultural Abdurahman Wahid (Gus Dur) dengan menggunakan teori tindakan komunikatif Jürgen Habermas. Jenis penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) dengan mengkaji berbagai karya tulis Gus Dur dalam konteks dakwah dengan menggunakan metode hermeneutika Paul Ricouer. Pendekatan dalam penelitian ini adalah komunikasi kritis dengan melacak wacana dakwah kritis Gus Dur. Untuk memperkuat analisis penelitian ini juga menggunakan pendekatan historis- sosiologis dengan melacak kesejarahan dan konteks isu-isu keagamaan dan dinamika pola komunikasi yang disuarakan Gus Dur. Berdasarkan temuan yang diperoleh, konsep dan gerakan pribumisasi Islam yang ditawarkan Gus Dur mengerucut pada tiga aspek, yaitu: Pertama, melalui pribumisasi Islam, Gus Dur menekankan tindakan komunikatif yang dilandasi oleh perubahan paradigma keislaman dari normatif-teologis menuju historis-kritis yang ia namakan Islam sebagai etika sosial. Dalam pribumisasi Islam Gus Dur memasukkan pertimbangan etis yang sejauh ini kurang mendapat perhatian dalam wacana keislaman normatif-teologis. Kedua, realitas agama dan budaya yang plural tersebut menuntut cara berdakwah yang moderat, toleran serta respek terhadap perbedaan pandangan dan keyakinan keagamaan di ruang publik. Ketiga, dalam realitas keagamaan dan keyakinan yang majemukl, dialog untuk mencapai konsensus menjadi satu keniscayaan, yaitu melalui demokrasi Pancasila yang disebut Gus Dur sebagai ?ketegangan kreatif? antara agama dan budaya. Pribumisasi Islam yang menjelma dalam demokrasi Pancasila merangkum nilai-nilai etis dan spiritual agama. Melalui pribumisasi Islam Gus Dur menghadirkan Islam yang berwajah kultural sekaligus sebagai komplementer dari berbagai keragaman agama dan keyakinan yang membingkai keindonesiaan. Melalui pribumisasi Islam, Gus Dur mendudukkan Islam sebagai agama ruang publik yang berdialog dan berpartisipsi dalam masalah-masalah publik. Penelitian ini mendukung temuan Anwar (1995), Barton (1999), Racius (2004), Meuleman (2011), dan Rosidi (2013) Bassam Tibi (2001) yang mengungkap perkembangan pemikiran Islam progresif di Indonesia. Kebangkitan intelektualisme tersebut merupakan pergeseran dari pola yang berorientasi pada gerakan politik (Islam politik) menuju pada corak pemikiran Islam neo-modernisme dan kultural. Pergeseran tersebut berpengaruh terhadap corak dakwah yang inklusif sebagaimana yang dikembangkan Gus Dur lewat pribumisasi Islamnya