Model Rencana Darurat Atas Kegagalan Operasi Pada Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM): Studi Kasus TBBM Wayame

Salah satu unit operasi pengelola bahan bakar minyak di Indonesia adalah Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Wayame yang berlokasi di Ambon, Maluku, yang menjadi satu-satunya terminal utama karena perannya sebagai terminal transit untuk pemenuhan BBM masyarakat Indonesia bagian timur, yaitu 4 provinsi dengan proporsi 51,42% Kerosin, 1,71% Solar, dan 4,80% Premium terhadap keseluruhan total volume kebutuhan BBM nasional. Di sisi lain, dapat diketahui bahwa dalam proses pengelolaan bahan bakar minyak (BBM), potensi untuk terjadi kecelakaan atas pengelolaannya akan selalu ada, yang mana hal tersebut terjadi akibat permasalahan internal ataupun eksternal, serta permasalahan yang dapat diprediksi maupun tidak seperti kesalahan operasi, kerusakan sistem, terorisme dan pembajakan, maupun bencana alam. Maka dari itu, tidak menutup kemungkinan bahwa TBBM Wayame juga berpotensi untuk mengalami kecelakaan yang dapat menyebabkannya gagal beroperasi. Dengan mempertimbangkan perannya yang sangat vital terhadap proses pemenuhan BBM masyarakat Indonesia di bagian timur, maka dibutuhkan suatu rencana darurat untuk dapat menanggulangi risiko yang mungkin terjadi yang difokuskan pada pola distribusi BBM khususnya di wilayah laut. Dari 3 skenario yang ada, maka skenario II-B, yaitu dengan menggunakan depot Sorong sebagai terminal pengganti sementara dari TBBM Wayame ketika TBBM Wayame gagal beroperasi menjadi solusi paling optimal untuk dapat diterapkan. Hal ini ditinjau dari biaya distribusi yang dibutuhkan sebesar Rp4.912.069 juta/tahun yang merupakan biaya transportasi paling minimum, serta nilai utilitas tangki dan dermaga yang berkisar pada angka 28%-51% apabila dibandingkan dengan skenario yang lain. ====================================================================================================== The Wayame Fuel Oil Terminal in Ambon, Maluku, is the only transit terminal to fulfill oil demand for Eastern Indonesian. This duel oil terminal covers 4 (four) provinces with the proportion of fuel are 51.42% Kerosene, 1.71% Diesel, and 4.80% Premium to the total volume of national fuel demand. During the handling process of fuel oil, there are many potential risk such as a spilled oil, pipe leakage, or explosion as happened in the last view months againts several vital national objects: Oil Refinery Unit IV (Cilacap) and Oil Refinery Unit VI (Balongan), and so on caused by the internal or external problem such as errors operating, damage system, terrorism and piracy, or natural disasters. Therefore, TBBM Wayame can experience an accident that can cause it fails to operate. By considering that TBBM Wayame has a vital role in fulfilling fuel for Eastern Indonesian, a contingency plan is required to overcome the risks, focusing on fuel distribution, especially in maritime distribution so it can still meet the demand by considering the minimum cost of the BBM and the sevice utility based on 3 (three) alternatives: 1) Using FSU with the existing distribution route, 2) Using the existing Wayame destination depot as a hub terminal for TBBM Wayame’s temporary substitute, and 3) Depot development plan. From the three skenarios, the II-B skenario that uses Sorong as a temporary terminal to used when TBBM Wayame is fails to operate is the most optimal solution to be implemented, in terms of the distribution cost of Rp4.912.069 billion/year and the value of tanks and berth utility of 28% - 51%