Estimasi Tingkat Kerentanan Permukiman Terhadap COVID-19 Berbasis Informasi Geografis (Studi Kasus: Kota Jakarta Utara)

COVID-19 atau Coronavirus Desease-19 adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan di Wuhan, Tiongkok, Desember 2019 (KEMENKES RI, 2020). Cepatnya penyebaran virus ini dipengaruhi oleh struktur populasi dan mobilitas penduduk sebagai kerentanan sosial dalam menghadapi wabah penyakit, antara lain: kepadatan penduduk, kemiskinan, aktivitas sosial ekonomi di luar rumah, dan perjalanan antar kota (Merler & Ajelli, 2010). DKI Jakarta yang merupakan kota urban padat penduduk juga memiliki mobilitas penduduk yang tinggi dimana sebagian mobilitas ini disumbang oleh pekerja yang banyak bertempat tinggal di wilayah sekitar DKI Jakarta. Menurut satgas COVID-19 lebih dari 150.000 jiwa terkonfirmasi positif COVID-19 di seluruh wilayah DKI Jakarta. Hal ini menyebabkan pemerintah cukup kewalahan dalam mengatasinya, terutama dalam hal penyediaan tempat penanganan pasien COVID-19, dan diduga tidak mampu menampung pasien baru. Oleh karena itu, puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) menjadi salah satu pertolongan pertama bagi warga yang positif atau bergejala COVID-19. Pada penelitian ini dilakukan estimasi tingkat kerentanan permukiman di Kota Jakarta Utara berdasarkan karakteristik permukiman (kepadatan penduduk, kepadatan permukiman dan aksesibilitas ke puskesmas). Lalu dilakukan uji korelasi dengan kasus positif COVID-19 di Kota Jakarta Utara pada tahun 2020. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan analisis spasial buffer, scoring dan overlay dalam mengestimasi tingkat kerentanan wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara terhadap COVID-19 dan uji korelasi dengan Product Moment Pearson. SIG sangat berperan dalam penanggulangan penyakit dari sisi preventif dikarenakan teknologi ini dapat digunakan untuk mengetahui pola spasial suatu wabah/pandemi. Berdasarkan pengolahan didapatkan 17 kelurahan dalam kelas kerentanan ‘aman’ dengan luas total mencapai 5440,1 ha atau 38,886%, 12 kelurahan kelas ‘rentan’ (8240,9 ha atau 58,906%) dan 2 kelurahan ‘sangat rentan’ (309 ha atau 2,209%). Kemudian, hasil uji korelasi diperoleh antara kepadatan penduduk, kepadatan bangunan terhadap kasus positif COVID-19 berkorelasi signifikansi 5% dengan nilai korelasi sebesar 0,458 dan 0,514. Sedangkan pada parameter cakupan puskesmas dengan nilai 0,211 tidak memiliki korelasi yang signifikan terhadap kasus positif COVID-19. ================================================================================================ COVID-19 or Coronavirus Disease-19 is an infectious disease caused by a type of coronavirus that was newly discovered in Wuhan, China, December 2019 (Kemenkes RI, 2020). The rapid spread of this virus is influenced by population structure and population mobility as social vulnerabilities in dealing with disease outbreaks, including: population density, poverty, socio-economic activities outside the home, and travel between cities (Merler & Ajelli, 2010). DKI Jakarta, which is a densely populated urban city, also has high population mobility where part of this mobility is contributed by workers who live in the area around DKI Jakarta. According to the COVID-19 task force, more than 150,000 people have been confirmed positive for COVID-19 in all areas of DKI Jakarta. This has caused the government to be quite overwhelmed in dealing with it, especially in terms of providing a place to handle COVID-19 patients, and allegedly unable to accommodate new patients. Therefore, the puskesmas (Community Health Center) is one of the first aids for residents who are positive or have symptoms of COVID-19. In this study, an estimation of the vulnerability level of settlements in North Jakarta City was carried out based on the characteristics of the settlements (population density, settlement density and accessibility to puskesmas). Then a correlation test was carried out with positive cases of COVID-19 in North Jakarta City in 2020. This research was conducted using Geographic Information System (GIS) technology with spatial buffer, scoring and overlay analysis in estimating the level of vulnerability of the North Jakarta Administrative City to COVID-19 and Product Moment Pearson Correlation. GIS plays a very important role in disease prevention from a preventive perspective because this technology can be used to determine the spatial pattern of an outbreak/pandemic. Based on the processing, there were 17 villages in the 'safe' vulnerability class with a total area of 5440,1 ha or 38,886%, 12 wards in the 'vulnerable' class (8240,9 ha or 58,906%) and 2 'very vulnerable' villages (309 ha or 2,209 %). Then, the results of the correlation test were obtained between population density, building density and positive cases of COVID- 19, a significant correlation of 5% with a correlation value of 0,458 and 0,514. Meanwhile, the puskesmas coverage parameter with a value of 0,211 does not have a significant correlation with positive COVID-19 cases