Penentuan Interval dan Scope Inspeksi pada Platform X Menggunakan Analytic Hierarchy Process dan Risk Based Inspection

Perkembangan pengetahuan dan teknologi telah membuat bisnis pemanfaatan minyak dan gas bumi kian berkembang hingga memasuki laut dalam. Untuk menunjang kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di dasar laut, dibutuhkan sebuah struktur yang memiliki kemampuan dan teknologi yang sesuai dengan segala kondisi di lepas pantai. Saat ini banyak dijumpai platform di Indonesia yang telah berumur dua kali dari umur desainnya, sehingga perlu diidentifikasi, ditangani, diprioritaskan dan disiapkan langkah-langkah mitigasi yang tepat agar dapat terus memperpanjang operasinya. Begitupula dengan platform yang usianya tergolong muda, walaupun umur desain sudah diperhitungkan oleh engineer, tetap saja platform tersebut harus dirawat/maintenance sehingga dibutuhkan suatu perawatan dan inspeksi agar apabila ada kerusakan pada platform dapat segera dilakukan perbaikan. Dalam inspeksi platform, interval dan scope inspeksi harus ditentukan secara benar agar tidak terjadi kerusakan berkelanjutan pada platform dan kerugian bisnis akibat over inspection. Oleh karena itu perlu adanya penentuan interval dan scope inpeksi yang tepat dengan menggunakan metode Risk Based Inspection (RBI) dan didukung dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Metode AHP digunakan untuk menentukan bobot prioritas kategori dan faktor-faktor pada Likelihood of Failure (LoF) serta RBI untuk mengakumulasi nilai dan bobot dari LoF, menentukan berapa tahun interval inspeksi dan menentukan scope inspeksi yang tepat untuk platform tersebut. Hasil dari penelitian ini didapatkan bobot prioritas dari masing-masing kategori dan faktor Likelihood of Failure, serta interval inspeksi yang didapatkan adalah 11 tahun, dengan artinan Platform X akan melaksanakan inspeksi bawah air pada tahun 2030 (dihitung dari 2019) dengan scope inspeksi yang akan diterapkan pada inspeksi Platform X adalah L2, L3 dan L4 sesuai dengan codes API RP 2SIM