Kajian Sistem Pengumpulan Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Dukuh Pakis Kota Surabaya

Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan jumlah penduduk di Kecamatan Dukuh Pakis berdampak pada peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan. Jumlah sampah yang terus meningkat menimbulkan permasalahan pengumpulan sampah. Sistem pengumpulan sampah di Kecamatan Dukuh Pakis dari sumber menuju TPS masih dalam keadaan tercampur karena masyarakat belum melakukan pemilahan. Selain itu, sarana pewadahan sampah di TPS tidak sebanding dengan volume sampah yang masuk ke TPS sehingga menimbulkan penumpukkan sampah. Oleh karena itu, potensi masyarakat untuk memilah sampah perlu diketahui sehingga dapat dibuat desain pengumpulan sampah terpilah berdasarkan partisipasi masyarakat dalam memilah. Kondisi operasional pengumpulan sampah di TPS juga perlu dianalisis untuk dapat mewujudkan sistem pengelolaan sampah yang baik. Pengukuran laju timbulan dan komposisi sampah dilakukan pada sampah di TPS yang berasal dari kawasan perkampungan, perumahan, dan perumahan mewah. Laju timbulan dihitung menggunakan metode Load Count Analysis sedangkan komposisi sampah dihitung berdasarkan tata cara di Standar Nasional Indonesia (SNI). Laju timbulan dan komposisi sampah diperlukan untuk mengetahui timbulan sampah di Kecamatan Dukuh Pakis. Kondisi eksisting pengumpulan sampah diketahui dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan dan di TPS. Potensi masyarakat untuk memilah didapat menggunakan metode kuesioner terkait kesediaan dan preferensi dalam pemilahan. Desain sistem pengumpulan sampah terpilah menggunakan metode Stationary Container System (SCS) dengan mempertimbangkan preferensi masyarakat dalam penentuan sistem pengumpulan sampah terpilah. Kegiatan dan fasilitas operasional pengumpulan sampah di TPS perlu didesain agar pengumpulan sampah lebih efektif dan efisien. Hasil dari penelitian ini adalah laju timbulan sampah kawasan perkampungan 0,45 kg/orang.hari; kawasan perumahan 0,5 kg/orang.hari; dan kawasan perumahan mewah 0,51 kg/orang.hari. Komposisi sampah terbesar pada ketiga jenis permukiman adalah sampah dapat dikomposkan, kemudian diikuti oleh sampah plastik dan setelah itu sampah kertas. Pada kondisi eksisting, alat pengumpul sampah yang digunakan di kawasan perkampungan adalah gerobak ditarik motor dengan 5 ritasi/hari, kawasan perumahan menggunakan gerobak manual dan gerobak ditarik motor dengan 2 ritasi/hari, dan kawasan perumahan mewah menggunakan gerobak ditarik motor dengan 2 ritasi/hari. Sistem pengumpulan sampah yang dipilih oleh masyarakat pada kawasan perkampungan dan perumahan adalah sistem penjadwalan, dimana sampah dapat dikomposkan dikumpulkan setiap hari, dan sampah tidak dapat dikomposkan serta B3 dan lain-lain dikumpulkan 2 hari sekali. Sedangkan pada kawasan perumahan mewah, sistem pengumpulan sampah terpilah yang dipilih masyarakat adalah sistem gerobak bersekat. Penambahan kontainer yang dibutuhkan adalah satu buah kontainer 14 m3 di TPS Jogoloyo dan masing-masing satu buah kontainer 14 m3 dan 4 m3 di TPS Pradah Kali Kendal. ==================================================================================================== Economic growth and increasing population in Dukuh Pakis District impact increasing the amount of waste produced. The amount of waste that continues to increase raises the problem of waste collection. The waste collection system in Dukuh Pakis District from the source to the transfer point (TPS) is still mixed because the community has not done the sorting. In addition, the waste collection facilities at the transfer point (TPS) are not proportional to the volume of waste that enters the transfer point (TPS), causing waste to accumulate. Therefore, the potential of the community to sort waste needs to be known so that a sorted waste collection design can be made based on community participation in sorting. The operational conditions of waste collection at the transfer point (TPS) also need to be analyzed to realize a good waste management system. The generation and composition of waste are needed to determine the generation of waste in the Dukuh Pakis District. Measurement of the rate of generation and composition of waste is carried out on waste at transfer point (TPS) originating from the rural area, residential area, and luxury residential area. The generation rate is calculated using the Load Count Analysis method, while the waste composition is calculated based on Indonesian National Standard (SNI) procedures. The existing condition of waste collection is known by direct observation in the field and at the transfer point (TPS). The community's potential for sorting is obtained using a questionnaire method related to willingness and preferences in sorting. The design of the sorted waste collection system uses the Stationary Container System (SCS) method by considering community preferences in determining the sorted waste collection system. Waste collection operational activities and facilities at transfer points (TPS) need to be designed to make the waste collection more effective and efficient. The rate of waste generation in the rural area of 0.45 kg/person.day, medium houses area 0.5 kg/person.day, and luxury residential area of 0.51 kg/person.day. The most significant waste in the three types of settlements is compostable waste, followed by plastic waste and then paper waste. In the existing condition, the garbage collection equipment used in the village area is a motorbike-drawn cart with five rites/day, residential areas using manual carts, and motorbike-drawn carts with two rites/day, and luxury residential areas using motorbike-drawn carts with two rites/day. The waste collection system chosen by the community in a rural and residential area is a scheduling system, where compostable waste is collected every day, and non-compostable waste and B3 and others are collected every three days. Meanwhile, in a luxury residential area, the sorted waste collection system chosen by the community is the insulated cart system. Furthermore, the additional containers required are one 14 m3 container at the TPS Jogoloyo and each one 14 m3 and 4 m3 container at the TPS Pradah Kali Kendal