Arsitektur Regionalisme: Jelajah Nusantara Melalui Desain Bandar Udara

Bandara merupakan gerbang daerah yang juga sebagai bangunan publik dengan value sangat tinggi, beresiko tinggi pula, sehingga perancangan bandar udara sejatinya wajib memenuhi persyaratan teknis yang berkaitan dengan keselamatan. Perlu adanya pemahaman prinsip pertimbangan utama mengenai terminal moda transportasi ini. Terkadang banyak sekali salah kaprah dalam menentukan atau memutuskan segala sesuatu dalam membangun. Seperti desain bangunan, bahan bangunan, pola-pola ruang, dsb. Mereka tinggal dalam kotak-kotak dari beton dengan atas nama modern, efisiensi dan lain-lain yang akhirnya mencoba mendefinisikan kembali arti makna ide ruang, bentuk dan sebagainya dalam paham arsitektur regionalisme melalui semiotika pengenalan tanda-tanda dan ekplorasi metafora lokalitas yang ada di Pekalongan. Tujuan dari perancangan ini adalah bagaimana sebuah bandara kaya akan identitas yang menggambarkan latar belakang budaya suatu daerah. Permasalahan minimnya lokalitas sudah banyak ditemui dibeberapa daerah di Indonesia. Seringkali aspek desain dari bandara mengusung teknologi muktahir namun kesan yang timbul hanya unsur modern saja, tetapi nilai kelokalan justru tidak diperhatikan. Dalam perencanangannya, bagaimana caranya identitas-identitas yang melekat pada Pekalongan bisa dimasukkan kedalam arsitektur.=========================================================================================== Airport as a public building with a very high value, high risk too, so the design of the airport must in fact fulfill the technical requirements relating to safety. There is a need to understand the principle of the main considerations regarding the terminal of this mode of transportation. Sometimes there is a lot of misunderstanding in determining or deciding everything in building. Such as building design, building materials, spatial patterns and so on. They live in boxes of concrete in the name of modernisation, efficiency and others who finally re-try to redefine the meaning of the idea of space, form and so forth in the understanding of the architecture of regionalism through the semiotics of recognition of signs and exploration of locality metaphors in Pekalongan. The purpose of this design is how an airport is rich in identity that describes the cultural background of a region. The problem of the lack of locality has been found in several regions in Indonesia. Often the design aspect of the airport brings the advance of technology but the impression that arises only the modern elements, while the value of localization is not considered. In the planning, how the identities inherent in Pekalongan can be incorporated into the architecture