DEMOKRASI, POLITIK IDENTITAS, DAN NASIB POLITISI MINORITAS: Refleksi menuju Pemilu Serentak Nasional Indonesia

Pemilihan Umum 2014 dan 2019 di Indonesia sarat dengan politik identitas agama. Pemilihan Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017 mempertegas politik identitas agama tersebut. Masyarakat muak melanjutkan proses demokrasi karena kampanye hitam dan kotor merusak pemilihan umum. Sosok demokrasi Indonesia semakin memburuk. Calon presiden pun dibelah dalam partai Allah bagi pendukung identitas ideologi agama dan partai Iblis dilabelkan bagi yang berseberangan dengannya. Prinsip-Prinsip demokrasi yakni hormat pada martabat manusia, tidak dimasuki isu-isu primordialitas, pemilihan yang terbuka dan adil, kebebasan bagi para pemilih justru hilang dan merusak demokrasi Indonesia. Sejak dulu isu politik identitas agama paling berbahaya bagi demokrasi dan proses politik sehat di Indonesia. Bagaimana nasib para politisi Kristen dalam politik identitas agama yang buruk tersebut saat itu justru ketika mereka dicalonkan oleh partai politiknya dari daerah berbasis Islam yang kuat? Sikap personal caleg Kristen yang dapat dipercaya antara kata dan perbuatannya, lebih sedikit berbicara tetapi banyak berbuat mampu melampaui ketakutan dalam politik identitas agama. Penelitian ini melihat Pemilihan Umum 2014 dan 2019 untuk menjadi refleksi menuju Pemilihan Umum Serentak 2024 lewat wawancara mendalam dan kajian literatur. Kata kunci: politik identitas, demokrasi, pemilihan umum, politisi Kriste