PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMAHAMAN KONSEP TUBUH ANAK TUNANETRA TINGKAT DASAR DI SLB NEGERI KOTA BANDUNG

Anak tunanetra memiliki karakteristik kognitif, sosial, emosi, motorik, dan kepribadian yang sangat bervariasi. Hal ini sangat tergantung pada sejak kapan anak mengalami ketunanetraan, bagaimana tingkat ketajaman pengelihatannya, bagaimana usianya, serta bagaimana tingkat pendidikannya. Tunanetra dapat menguasai tingkah laku motoris secara efektif, apabila mereka mempunyai konsepsi yang tepat mengenai gambaran tubuh dan orientasi ruang. Konsep tubuh adalah pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tentang dirinya, yang diperoleh melalui proses belajar secara terus menerus. Informasi yang diperoleh anak dalam pengembangan konsep tubuh meliputi kemampuan mengidentifikasi anggota tubuhnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tentang pemahaman konsep tubuh anak tunanetra SLB N bagian A Kota Bandung dan menemukan metode yang efektif untuk mengurangi hambatan yang dialaminya.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, pendekatan inkuiri guna untuk mengetahui pengaruhnya dalam pemahaman konsep tubuh anak tunanetra dengan metode penelitian eksperimen subjek tunggal atau Single Subject Research (SSR). Desain penelitian yang digunakan adalah pola desain A-B-A.. Pendekatan inkuiri merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Melalui pendekatan ini, peniliti menyampaikan pengetahuan tentang konsep tubuh dan dapat mengobservasi langsung ke tubuh anak itu sendiri, setelah itu peniliti bisa melihat sejauhmana kemampuan anak baik melalui dengan menggunakan suara, tes lisan maupun metode tebak-tebakkan. Dari hasil penelitian dan hasil analisis data menunjukkan bahwa pendekatan inkuiri dapat membantu anak tunanetra untuk memahami konsep tubuhnya. Subjek penelitian sebanyak dua orang anak tunanetra yang mengalami tunanetra berat dan total. Hasil penelitian menujukkan adanya peningkatan pemahaman anak tunanetra pada subjek 1 dan 2 dalam memahami konsep tubuh hingga mencapai 61%-72%. Hal ini meningkat setelah diberikan intervensi melalui pendekatan inkuiri, dibandingkan dengan pemahaman anak tunanetra sebelum diberikan intervensi. Artinya pendekatan inkuiri ini cukup membantu anak tunanetra dalam memahami konsp tubu