PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG ENERGI DAN PERUBAHANNYA DI KELAS 5 SDN KORPRI I BALEENDAH SEMESTER II TAHUN AJARAN 2011/2012

Penelitian ini dilakukan sebagai satu langkah untuk memperbaiki pencapaian hasil belajar dan aktifitas siswa pada pembelajaran IPA. Proses pembelajaran yang biasa dilakukan hanya terfokus kepada materi hapalan, disajikan secara verbal dengan ceramah, hanya terpusat di kelas, dan cenderung lebih mengarahkan agar siswa terampil mengisi soal. Sumber belajar hanya terpusat pada buku, guru kurang terampil dalam memanfaatkan sumber belajar lain. Akibatnya adalah rendahnya hasil belajar siswa, sebagian besar hasil belajar siswa di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA yang ditetapkan. Pembelajaran melalui penerapan metode Eksperimen akan membuat anak lebih tertarik untuk belajar, karena siswa diberi kesempatan untuk melakukan suatu proses secara sendiri maupun berkelompok dalam melakukan percobaan. Berdasarkan permasalahan tersebut terlihat ada kesenjangan antara tuntutan kurikulum dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif model pembelajaran IPA melalui penerapan metode Eksperimen. Metode penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengadaptasi model Kemmis & Mc. Taggart dan terdiri dari tiga siklus tindakan. Topik bahasan disesuaikan dengan materi pelajaran IPA kelas V yaitu Energi dan Perubahnnya khususnya pada Gaya Magnet sesuai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004. Penelitian ini dilakukan di kelas V SDN Korpri I Kecamatan Baleendah Bandung dengan jumlah siswa 40 orang. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktifitas dan hasil belajar siswa setelah tindakan pembelajaran melalui penerapan metode Eksperimen. Pencapaian hasil belajar siswa pada tindakan siklus 1 nilai rata-rata siswa mencapai 55,12, pada tindakan siklus 2 mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata mencapai 71,87, pada tindakan siklus 3 mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata mencapai 85, atau sebanyak 95% siswa yang mencapai nilai KKM, sedangkan 5% lagi tidak mencapai KKM karena ada dua orang siswa yang termasuk siswa berkebutuhan khusus atau inklusi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dalam memperluas pengetahuan dan wawasan dalam rangka pengembangan ilmu dan memecahkan masalah nyata di lapangan