PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES PADA PEMBELAJARAN IPA DALAM POKOK BAHASAN BENDA DAN SIFATNYA DI KELAS III SD NEGERI PAGERMANEUH

Penelitian ini berjudul “Penerapan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses pada Pembelajaran IPA dalam Pokok Bahasan Benda dan Sifatnya”. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai proses pembelajaran dalam mata pelajaran IPA Sekolah Dasar dengan menggunakan pendekatan inkuiri yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan Keterampilan Proses IPA siswa dalam pembelajaran IPA. Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dimulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi untuk kemudian dibuat perencanaan perbaikanyang digunakan dalam siklus selanjutnya. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Pada siklus I, materi yang digunakan adalah benda dan sifatnya dan pada siklus II materi yang digunakan adalah perubahan sifat benda. Pada siklus I siswa yang telah dibagi kedalam lima kelompok melakukan percobaan untuk menunjukan sifat-sifat benda melalui percobaan, dilanjutkan dengan diskusi kelas. Pada siklus II siswa melakukan percobaan kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelas untuk menyimpulkan bersama-sama bahwa benda memiliki sifat dan dapat berubah sifatnya. Keselurhan tindakan yang dilakukan pada siklus I dan siklus II diarahkan untuk memunculakn keterampilan proses sains (KPS) siswa khususnya pada aspek observasi dan klasifikasi. Dalam peneilitian ini dikumpulkan tiga jenis data melalui tes dan observasi, yaitu: (1) Keterampilan proses siswa sebelum pembelajaran, (2) Keterampilan proses siswa setelah pembelajaran, (3) Kendala dan kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Ketiga jenis data ini dianalisis dengan metode deskriptif. Hasil analisis menunjukan bahwa keterampilan proses siswa sebelum pembelajaran masih rendah dengan rata-rata skor KPS 52,00. Keterampilan proses sains siswa dalam observasi setelah pembelajaran mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Pada siklus I KPS observasi siswa 60% dan megklasifikasi 58%, pada siklus II menjadi kategori terampil dengan persentase observasi 87% dan mengklasifikasi 84%. Pada siklus I diperoleh rata-rata skor pretes KPS siswa 52,00 dan postes 71,30. Pada siklus II diperoleh rata-rata skor pretes KPS siswa 73,00 dan skor postes 90,30. Keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri pada aktivitas guru pada siklus I mencapai 90% sedangkan aktifitas siswa pada kategori sedang dengan IPK 72%. Pada siklus II aktivita s guru meningkat menjadi 96% dan aktivitas siswa meningkat menjadi tinggi dengan IPK 88%. Kendala yang dihadapi selama pembelajaran siswa kurang aktif bertanya meupun mengemukakan pendapat dan alokasi waktu selalu melebihi jam yang telah direncanakan sebelumnya