Pemberian Izin Orang Tua kepada Anak atas Keinginan Anak Menjadi Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Orang tua memiliki peranan penting dalam suatu usaha perlindungan anak. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 26 Undang-undang Perlindungan Anak yang menjelaskan tentang apa saja bentuk dari kewajiban dan tanggung jawab orang tua atas perlindungan anak. Selain itu, juga diatur dalam Pasal 9 Undang-undang tentang Kesejahteraan Anak yang menjelaskan peran orang tua sebagai pihak utama yang bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak. Di Indonesia, tidak ada larangan untuk seorang anak dapat bekerja, namun terdapat beberapa ketentuan yang dibuat sebagai bentuk dari wujud perlindungan anak, salah satu ketentuan tersebut yaitu anak tidak boleh dieksploitasi secara seksual maupun ekonomi sebagaimana yang diatur dalam Pasal 76I Undangundang Perlindungan Anak. Contoh bentuk dari perbuatan eksploitasi secara seksual maupun ekonomi pada anak yang kerap ditemukan ialah anak yang bekerja menjadi Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA). Jika terdapat pihak khususnya dalam hal ini orang tua yang mengizinkan untuk anaknya bekerja menjadi seorang ESKA, maka dapat dikategorikan melakukan perbuatan pidana dan dapat dikenakan sanksi sebagaimana yang diatur dalam Pasal 88 Undang-undang Perlindungan Anak