Di antara gagasan tentang sastra keagamaan yang paling vital di Indonesia ialah tatkala Kuntowijoyo melontarkan tentang perlunya sastra transendental pada dekade awal 1980-an. Di belahan lain, sebelumnya, kita mengenal tentang humanisme universal yang diusung oleh Chairil Anwar, eksistensialisme oleh Sitor Situmorang, marxisme dalam sastra Pramoedya Ananta Toer. Bersamaan dengan gagasan Kuntowijoyo itu, disambut dengan bersemangat oleh Abdul Hadi W.M. melalui sufisme dalam sastra Indonesia. Perlunya sastra transendental itu, bagi Kuntowijoyo, sebagai bagian dari upaya penyelamatan dari keterikatan yang wadag, daging, sehingga tercerabut keruhanian kita dari kehidupan ini. Ada dimensi yang hilang dari religi, yang tidak lain dan tidak bukan ...