Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Dalam Kegiatan Kepramukaan di SMK Hasyim Asy’ari 2 KudusMasa Bhakti 2018/2019

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Proses pelaksanaan, Faktor pendukung dan penghambat Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Dalam Kegiatan Kepramukaan di SMK Hasyim Asy’ari 2 Kudus. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi terhadap institusi pendidikan yang terkait yaitu, di SMK Hasyim Asy’ari 2 Kudus. Sumber diperoleh dari kepala Sekolah, Guru PAI, Pembina Pramuka,Ketua Dewan Ambalan dan Anggota. Hasil penelitian ini sebagai berikut: 1) Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Dalam Kegiatan Kepramukaan di SMK Hasyim Asy’ari 2 Kudus sudah cukup relevan sesuai dengan penerapan pada umumnya seperti melalui kegiatan mingguan dan kegiatan bulanan yang mana setiap masing-masing kegiatan memiliki penekanan nilai agama islam tertentu. Dalam kegiatan mingguan terdapat beberapa pengembangan diantaranya adalah pengembangan teknik kepramukaan yang diimplementatasikan pada materi pionering, tali-temali, semaphore, dan kompas. Kemudian pengembangan keagamaan yang dilaksanakan dengan memperdalam point spiritual yang ada dalam SKU pramuka Penegak, dan kemudian pengembangan kerelawanan yang diinterprestasikan dengan meteri pertolongan pertama (PP) dan Search and Rescue (SAR). Lalu internalisasi pada kegiatan bulanan terdapat beberapa kegiatan diantaranya kegiatan penerimaan tamu Ambalan (PTA), Diklat dan pelantikan anggota baru, kemah Bantara, dan baksos. Adapun nilai-nilai pendidikan agama islam yang diterapkan dalam kegiatan kepramukaan adalah nilai aqidah, ibadah dan ahlak. 2) Faktor yang mendukung dan yang menghambat internalisasi nilai-nilai pendidikan agama islam dalam kegiatan kepramukaan di SMK Hasyim Asy’ari 2 Kudus Tahun Ajaran 2018/2019. Faktor pendukungnya adalah SDM pembina yang mumpuni, lembaga berbasis islam, budaya akademik yang mengandung nilai-nilai Islam, adanya fasilitas penunjang untuk beribadah, kebijakan kepala sekolah, dan adanya sistem satuan terpisah kepramukaan. Faktor penghambatnya adalah efektifitas waktu yang kurang saat latihan, kurangnya kompetensi lapangan dewan ambalan, waktu latihan yang kurang tepa