Analisis efisiensi alokasi penggunaan input-input produksi bawang merah (studi kasus di desa Sidokare kecamatan Rejoso kabupaten Nganjuk)

RINGKASANArief Joko Saputro (21621032113) Analisis Efisiensi Alokasi Input-Input Produksi Bawang Merah (Studi Kasus di Desa Sidokare Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk).Dosen Pembimbing : 1) Dr. Ir. H. Bambang Siswadi, M.P. 2) Dr. Ir. Masyhuri Machfudz M.S.Bawang merah merupakan komoditas sayuran unggulan yang ditanam petani kebutuhan akan bawang merah di dalam negeri akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Rata-rata produksi bawang merah pada tahun 2011 sampai dengan 2015 di Indonesia sebesar 1.066.252 ton dengan pertumbuhan 0,82 prosen per tahun. (BPS, 2016). 2015 Indonesia mengimpor bwang merah untuk memenuhi stok dalam negeri sebesar 17.429 ton (BPS, 2015). Hal tersebut menunjukkan, bahwa kebijakan pemerintah mengenai intensifikasi produksi bawang merah telah menghasilkan surplus produksi dalam negeri. Prospek usahatani bawang merah di Indonesia memiliki prospek yang cerah, setiap harinya permintaan bawang merah semakin meningkat serta mulai tahun 2016 Indonesia mampu mengekspor bawang merah ke negara-negara seperti Thailand, Malaysia, Vietnam. Hal tersebut menunjukkan bahwa produksi dan produktivitas bawang merah per satuan lahan harus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional serta memenuhi kuota ekspor. Peningkatan hasil produksi bawang merah tidak hanya untuk memenuhi kebuthan nasional, menambah devisa negara, namun dapat menyejahterakan petani bawang merah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah. Salah satu agar petani meningkat keuntungannya adalah dengan melakukan optimalisasi pada input produksi yang digunakan. Kecamatan Rejoso merupakan salah satu kecamatan yang menghasilkan bawang merah terbesar, salah satu sentra bawang merah di Kecamatan Rejoso yang memiliki kualitas yang baik adalah Desa Sidokare. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti bermaksud untuk meneliti alokasi input petani bawang merah di Desa Sidokare Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk serta input-input yang berpengaruh terhadap produksi bawang merah di Kabupaten Nganjuk Tujuan dilaksanakannya penelitian ini antara lain: 1) Mengetahui tingkat pendapatan dan R/C ratio pada usahatani bawang merah di Desa Sidokare Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk, 2) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani bawang merah di Desa Sidokare Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk. 3) Menganalisis alokasi penggunaan input produksi usahatani bawang merah di Desa Sidokare Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk.Penelitian ini dilakukan di Desa Sidokare Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk, pemilihan lokasi di Desa Sidokare dilakukan secara sengaja (purposive), lokasi tersebut merupakan salah satu Desa di Kabupaten Nganjuk ynag banyak memproduksi bawang merah serta kualitas lebih baik dibandingkan wilayah lainya. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah slovin dan simple random sampling sehingga ditetapkan 50 petani bawang merah sebagai sample. Metode analisis data yang digunakan yaitu fungsi produksi Cobb-Douglas untuk menganalisis faktor produksi benih, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk ZA, pupuk KCL, obat-obatan dan tenaga kerja.Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam kegiatan usahatani bawang merah di di Desa Sidokare, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk adalah faktor produksi benih, pupuk Kcl, dan tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan jumlah penggunaan benih, Kcl, dan tenaga kerja akan meningkatkan jumlah produksi bawang merah. Rata-rata total penerimaan petani bawang merah di daerah penelitian sebesar Rp259.420.000,00 per hektar dan rata-rata total biaya sebesar Rp120.977.173,00 per hektar, sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp138.442.827,00 dan nilai R/C rasio sebesar 2,14. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata usahatani bawang merah di Desa Sidokare Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk menguntungkan, karena rata-rata nilai RC rasionya lebih dari 1, sehingga setiap Rp1 yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp2,14. Hasil analisis efisiensi alokatif penggunaan input-input produksi usahatani bawang merah menunjukkan alokasi penggunaan benih sebesar 1,186 dengan hasil lebih dari 1, sehingga belum efisien secara alokatif. Agar penggunaan benih usahatani bawang merah efisien, maka perlu dilakukan penambahan alokasi benih menjadi sebesar 4.802,28 kg/ha. Alokasi penggunaan pupuk KCL sebesar 2,15 dengan hasil lebih dari 1, sehingga belum efisien secara alokatif. Agar penggunaan pupuk KCL usahatani bawang merah efisien, maka perlu dilakukan penambahan alokasi bawang merah menjadi sebesar 1.006,21 kg per hektar. Alokasi penggunaan tenaga kerja sebesar 4,025 dengan hasil lebih dari 1, sehingga belum efisien secara alokatif. Agar penggunaan tenaga kerja pada usahatani bawang merah efisien, maka perlu dilakukan penambahan alokasi tenaga kerja menjadi sebesar 1.961 HOK.Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang diajukan sebagai berikut: 1) Permasalahan kurang optimalnya penggunaan benih dapat diatasi dengan melakukan penambahan jumlah penggunaan benih. Salah satu solusi yaitu dengan penanaman bibit satu persatu per lubang tanam dengan tujuan untuk menghindari kompetisi bagi bibit dalam hal perolehan nutrisinya Kurang optimalnya penggunaan pupuk KCL juga harus diperhatikan dari standar operasional prosedur dari penggunaan pupuk itu sendiri agar penggunaan pupuk tepat jumlah, tidak kurang dan tidak lebih. Permasalahan kurang optimalnya penggunaan tenaga kerja, dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari lahan serta kegiatan usahataninya. 2) Perlu adanya penyuluhan kepada petani mengenai teknik budidaya bawang merah dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan bukan hanya di dalam keluarga petani saja namun secara global untuk kepentingan pasar. 3)Berdasarkan hasil analisis menggunakan RC rasio, bahwa rata-rata kelayakan usahatani di daerah penelitian layak untuk dikembangkan. Petani hanya perlu untuk menyesuaikan penggunaan input dengan biaya yang ada, sehingga bisa mencapai jumlah input yang optimal maka akan meminimalisir juga dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani.