Pengaruh berbagai interval pembatasan waktu makan terhadap kadar serum glutamat oksaloasetat transminase (SGPT) tikus wistar betina dengan diet atherogenik

ABSTRAKPendahuluan. Hiperlipidemia merupakan salah satu faktor resiko terjadinyaNon Alcoholic Steatohepatitis (NASH) yang dapat menginduksi kerusakan hepar yang ditandai oleh peningkatan enzim transaminase, sepertiSGOT dan SGPT. Pembatasan waktu makan dapat bertindak sebagai regulator metabolik untuk memperbaiki profil lipid dan menurunkan kadar SGOT dan SGPT. Namun, tipe pembatasan waktu makan yang paling baik untuk menurunkan kadar SGOT dan SGPT.Metode. Penelitian ini menggunakan control group post test only design dengan tikus Wistar betina (n=34) yang dibagi dalam 6 kelompok, yaitu kelompok praperlakuan dengan diet atherogenik selama 6 minggu (KPP, n=4), kelompok kontrol negatif dengan diet standar (KN, n=6), kelompok kontrol positif dengan diet atherogenik selama 10 minggu (KP, n=6), kelompok setiap hari (KSH, n=6), kelompok dua hari (KDH, n=6), dan kelompok dengan pembatasan waktu makan pada hari tertentu (KSK, n=6). Induksidiet atherogenik dilakukan selama 6 minggu dilanjutkan dengan perlakuan interval pembatasan waktu makan dan diet atherogenik selama 4 minggu.Pada usia 15 minggu, tikus dibedah untuk pengambilan serum. Kadar SGOT dan SGPT diuji menggunakan analisis kinetik dan pembacaan hasil dengan spektrofotometri. Data dianalisa dengan t-testuntuk kelompok kontrol dan one way ANOVA untuk kelompok perlakuan. Hasil dinyatakan signifikan jika p < 0.05.Hasil dan Pembahasan. Induksi diet atherogenik dan pembatasan waktu makan tidak mempengaruhikadar SGOT dan SGPT. Hal ini mungkin disebabkan oleh kerusakan hepar yang ringan dan tidak progresif menjadi fibrosis sehingga kadar SGOT dan SGPT yang dikeluarkan dalam batas normal.Kesimpulan. Berbagai interval pembatasan waktu makan tidak mempengaruhi kadar SGOT dan SGPT tikus wistar betina dengan diet atherogenik. Kata kunci: Diet Atherogenik, Interval Pembatasan Waktu Makan, SGOT, SGPT