Pembacaan Ayat-ayat Pilihan Alquran Dalam Tradisi Apem Kaloran (Studi Living Quran di Desa Undaan Lor Kabupaten Kudus)

Tradisi Apem Kaloran itu bisa juga dinamakan tradisi Apeman yaitu tradisi rutin di bulan Sya’ban (ruwah) yang diselenggarakan di desa Undaan Lor yang memiliki tujuan do’a bersama untuk para sesepuh yang sudah meninggal, memohon ampun kepada Allah SWT dan sebagai bentuk sosial budaya yang ada di Desa tersebut. Tradisi Apem Kaloran ini sudah ada sejak zaman dahulu tetapi, sering perkembangan zaman tradisi ini mulai luntur dan banyak perubahan. Tradisi ini merupakan bentuk akulturasi Islam dengan budaya Jawa. Adapun Rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian yang digunakan dala penelitian ini adalah untuk menegetahui bagaimana pelaksanaan, pepsepsi masyarakat Undaan Lor, serta makna yang terkandung dalam pembacaan ayat-ayat pilihan Alquran dalam tradisi apem kaloran menurut tokoh agama dan penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan Filled Research (penelitian lapangan), yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, metode pengumpulan data yang dipakai adalah wawancara, dokumentasi serta buku-buku kajian tafsir. Data diperoleh dari wawancara untuk memperoleh data tentang tradisi apem kaloran di Desa Undaan Lor Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus, data buku diperoleh dari hasil penjelasan serta pandangan tradisi apem kaloran menurut pemuka agama tersebut, setelah data terkumpul lalu dianalisa dengan menggunakan analaisis deskriptif kualitatif yang mengacu pada analisis data secara induktif. Dari hasil penelitian adapun bacaan ayat-ayat Alquran yang terdapat dalam tradisi Apem Kaloran yaitu surah al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq, al-Baqarah, al-Imran, an-Nisa’. Dan tradisi tersebut adalah sebuah warisan dari nenek moyang, dan masyarakat saat ini hanya melestarikan dan menjaga agar tradisi tersebut tidak luntur dan terkikis seiring berjalannya perkmbangan zaman apalagi saat seperti ini dimana para generasi milenial yang kurang memperhatikan tradisi yang ada