Manajemen Kurikulum Berbasis Kemitraan SMKN 2 Depok Sleman dan SMK SMTI Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manajemen kurikulum berbasis kemitraan meliputi (1) perencanaan kurikulum, (2) pelaksanaan kurikulum, (3) evaluasi kurikulum, (4) hambatan, (5) upaya yang dilakukan, (6) faktor pendukung dalam manajemen kurikulum berbasis kemitraan di SMKN 2 Depok Sleman dan SMK SMTI Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus. Lokasi penelitian di SMKN 2 Depok Sleman dan SMK SMTI Yogyakarta. Subyek penelitian meliputi Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas, Ketua Program Keahlian, pihak DU/DI, guru, dan peserta didik. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumen. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Analisis data menggunakan model interaktif menurut Miles, Huberman, & Saldana (2014) yaitu kondensasi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen kurikulum berbasis kemitraan di SMKN 2 Depok Sleman dan SMK SMTI Yogyakarta adalah (1) Perencanaan kurikulum dilakukan melalui pertemuan langsung dan tidak langsung dengan bekerjasama dalam penyelarasan kurikulum dan sarana prasarana sesuai kebutuhan DU/DI; (2) Pelaksanaan kurikulum dilakukan dengan kerjasama antara sekolah dan DU/DI dalam kegiatan belajar mengajar, guru tamu, pengembangan kompetensi guru dan kunjungan industri oleh peserta didik; (3) Evaluasi kurikulum dilakukan dengan kerjasama antara pihak sekolah dan DU/DI dalam mengevaluasi isi kurikulum, kompetensi peserta didik dan tenaga pendidik, serta sarana prasarana; (4) hambatan yang ditemukan ialah keuangan, jumlah industri di yogyakarta, keterbatasan sarana, mencari industri, kesulitan guru, pembagian waktu magang guru, biaya hidup bagi anak prakerin, kompetensi peserta didik dan perbedaan alokasi waktu prakerin; (5) Upaya yang dilakukan yaitu mencari industri di luar Yogyakarta melalui alumni, kerabat di industri dan Kementerian Perindustrian, membuat skala prioritas pengadaan sarana dan penggunaan secara bergantian, pelatihan bagi guru, magang guru sekitar Yogyakarta, sosialisasi pada wali siswa prakerin, pengajuan kompensasi prakerin dan penerapan budaya indutri; (6) Faktor pendukung meliputi alumni, dukungan industri, penyelarasan kurikulum dengan DU/DI, Sumber Daya Manusia, sarana prasarana, Kementerian Perindustrian, Tenaga pendidik pernah bekerja di industri dan Kebijakan Kemendikbud