Perhitungan Carbon Footprint pada Proses Produksi Bioetanol Generasi Kedua

Indonesia dikaruniai berbagai sumberdaya energi baik energi fosil maupun energi terbarukan. Salah satu sumber energi yang selama ini sangat populer digunakan adalah minyak bumi yang lebih dikenal dengan bahan bakar minyak (BBM), yaitu sumber energi yang berasal dari fosil. Cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu terus menurun jumlahnya. Cadangan tersebut tidak dapat ditambah atau diperbaharui meskipun eksplorasi terus ditingkatkan, bahkan yang terjadi justru sebaliknya, semakin hari semakin menipis. Semakin berkurangnya cadangan BBM serta peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) akibat dari pembakaran BBM menyebabkan munculnya berbagai upaya untuk mencari bahan bakar alternatif pengganti BBM. Berdasarkan kondisi tersebut, berbagai riset dilakukan sebagai persiapan dalam menghadapi transisi energi, salah satunya dengan melakukan produksi bioetanol generasi kedua. Sebagai bahan bakar terbarukan, bioetanol generasi kedua sudah seharusnya memiliki penilaian yang baik terhadap kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan penilaian emisi GRK yang komprehensif terhadap daur hidup produk bioetanol generasi kedua yang dihasilkan guna menilai sekaligus mengetahui perbaikan aktivitas produksi bioetanol yang dihasilkan. Salah satunya adalah perhitungan carbon footprint yang kian meningkat digunakan dalam menilai emisi yang dihasilkan dari beragam produk serta dijadikan acuan untuk mengukur berapa banyak emisi GRK yang dihasilkan oleh suatu aktivitas atau oleh suatu proses produksi barang atau jasa. Penelitian ini mengidentifikasi kondisi eksisting proses produksi bioetanol serta menghitung jumlah carbon footprint yang dihasilkan dari proses produksi bioetanol menggunakan Life Cycle Assessment (LCA). Analisis LCA produk bioetanol akan menggunakan software Microsoft Excel, di mana data yang diinput merupakan data bahan baku, data bahan penunjang, dan data pemakaian panas dan listrik. Penilaian dampak dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan dari International Sustainability & Carbon Certification (ISCC) 2016 yang menerapkan metodologi yang konsisten untuk menghitung emisi gas rumah kaca aktual di berbagai tahap life cycle yang relevan mulai dari produksi bahan baku hingga distribusi produk akhir. Perhitungan penilaian dampak terdiri dari aktivitas transportasi dan distribusi, proses pengolahan, penghematan emisi akibat kelebihan listrik (excess electricity), dan penggunaan bioetanol oleh konsumen.Dari metode tersebut diperoleh jumlah carbon footprint yang dihasilkan dari keseluruhan proses. Pada aktivitas transportasi dan distribusi, emisi CO2 yang dihasilkan berasal dari pembakaran bahan bakar yang digunakan oleh truk. Pengangkutan bahan baku menghasilkan emisi CO2 sebesar 0,734 g CO2eq/MJ, pengangkutan menuju TBBM sebesar 0,674 g CO2eq/MJ, dan pengangkutan menuju SPBU sebesar 0,448 g CO2eq/MJ. Pada skenario 2 terdapat pengangkutan lignin yang menghasilkan emisi CO2 sebesar 0,357 g CO2eq/MJ. Pada aktivitas proses pengolahan, emisi CO2 yang dihasilkan oleh inputs dan wastewater untuk skenario 1 & 2 adalah sama, yaitu sebesar 15,3 dan 4,58 g CO2eq/MJ. Emisi yang dihasilkan dari listrik dan panas untuk skenario 1 adalah sebesar 6,5 dan 30,16 g CO2eq/MJ sedangkan untuk skenario 2 adalah sebesar 51,37 dan 8,17 g CO2eq/MJ dengan asumsi real emission. Sedangkan untuk asumsi karbon netral, nilai emisi dari panas dan listrik dianggap sebesar 0 g CO2eq/MJ dikarenakan menggunakan bahan bakar berbasis biomassa. Pada skenario 1 terdapat penghematan emisi oleh kelebihan listrik yang dapat dijual sebesar 2,94 g CO2eq/MJ. Pada aktivitas penggunaan oleh konsumen, emisi yang dihasilkan berasal dari pembakaran bahan bakar E5 oleh kendaraan bermotor. Aktivitas tersebut menghasilkan emisi CO2 sebesar 71,103 g CO2eq/MJ untuk asumsi real emission dan 68,856 g CO2eq/MJ untuk asumsi karbon netral.Alternatif perbaikan proses ditentukan berdasarkan potensinya dalam mereduksi carbon footprint sesuai dengan data dan literatur yang telah ada. Adapun alternatif perbaikan proses yang telah ditentukan adalah substitusi diesel dengan etanol, penggunaan pretreatment dengan metode biologis, penggunaan metode simultaneous saccharification and fermentation (SSF), pemanfaatan teknologi carbon capture and storage (CCS), dan peningkatan persentase etanol dalam campuran bahan bakar