Analisis Propaganda Politik Yang Dilakukan Cambridge Analytica Untuk Mempengaruhi Pemungutan Suara di Amerika Serikat dan Inggris Tahun 2016

Pada tahun 2016, Amerika Serikat mengadakan pemilihan umum presiden yang dimenangkan oleh kandidat Donald Trump beserta wakil nya Mike Pence dengan jumlah suara sebesar 306 Electoral Votes. Di waktu yang sama pemerintah Inggris mengadakan referendum Brexit yang dimenangkan oleh kelompok Pro-Brexit yang mendukung keluar Inggris dari keanggotaan Uni Eropa. Kemenangan Trump serta kelompok Pro-Brexit didukung oleh beberapa alasan, salah satu nya adalah penggunaan targeted ads yang menjadi senjata pamungkas untuk mendapatkan lebih banyak suara. Penelitian ini berusaha menjelaskan proses penyebaran propaganda yang dilakukan oleh Cambridge Analytica selama proses pemungutan suara di kedua negara. Menurut temuan penulis proses penyebaran propaganda nya diawali dengan firma tersebut melakukan riset terhadap demografi politik serta demografi tingkat penetrasi internet di Amerika Serikat dan di Inggris. Langkah kedua adalah penggunaan Big Data yang diolah menggunakan OCEAN Model sehingga menghasilkan profil voters yang menjadi dasar targeted ads oleh firma data marketing tersebut. Kemudian setelah mengetahui target pemilih nya adalah membuat pesan propaganda berupa narasi-narasi yang seram dan langkah terakhir adalah melakukan targeted ads yang disebarkan melalui media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram. Melalui penyebaran propaganda yang dilakukan oleh Cambridge Analytica terdapat beberapa dampak antara lain dipengaruhi nya pilihan politik masyarakat di kedua negara, kemudian kualitas demokrasi yang mengalami penurunan serta muncul nya public distrust terhadap pemerintah di kedua negara