A Significant Addition of Left Ventricular Fractional Shortening to Ejection Fraction correlated with Global Longitudinal Strain Value in Predicting Major Acute Cardiovascular Event in patients with Acute Coronary Syndrome

Background: Global longitudinal strain (GLS) was a proven predictor of systolic function improvement and myocardial remodeling after acute coronary syndrome (ACS) for a residual left ventricular function defined their prognosis. However, not all echocardiography devices are equipped by speckle tracking (STE) as compare to the availability of M-mode modality which capable on assessing fractional shortening (FS) instead. Methods: This study evaluated clinical and echocardiography parameters on myocardial infarction (MI) and non-MI ACS patients.  Clinical outcome was defined as composite major acute cardiovascular event (MACE) on 6 months of follow up. Results: Over 145 patients, GLS>-9.4% was found to be an independent predictor of MACE despite of troponin, age, ejection fraction (EF), prior reperfusion and infarct location [(HR 5.89 (1.82-16.51)]. There is negative correlation between FS and GLS (Spearman r -0,717; p<0,01). By using logistic regression analyses, it was found that the addition of FS<25% to biplane Simpson EF<50% could be useful to rule in the presence of GLS>-9.4% (AUC 0.831). Conclusion: GLS had a prognostic value in patients with ACS. Left ventricular conventional M-mode FS in addition to Simpson EF were well correlated with GLS as well they can be considered as an alternative in predicting the incident of MACE in patient with ACS.   Keywords: global longitudinal strain, prognostic, fractional shortening, acute coronary syndromeLatar belakang: Global longitudinal strain (GLS) secara signifikan terbukti dapat digunakan sebagai prediktor perbaikan fungsi sistolik dan remodeling miokard pada pasien dengan sindroma koroner akut (SKA), dimana fungsi sistolik residual dari ventrikel kiri akan sangat mempengaruhi prognosis pasien. Namun, tidak semua alat ekokardiografi memiliki modalitas speckle tracking (STE) dibandingkan dengan ketersediaan modalitas M-mode yang dapat menghitung Fractional Shortening (FS). Metode: Penelitian ini mengevaluasi parameter klinis dan ekokardiografis ventrikel kiri pada pasien SKA dengan atau tanpa infark. Perjalanan klinis pasien akan dinilai ada tidaknya kejadian kardiovaskular mayor akut (KKVM) dalam waktu 6 bulan. Hasil: Dari 145 pasien, nilai GLS>-9.4% didapatkan signifikan sebagai prediktor KKVM dan independen terhadap status troponin, umur, fraksi ejeksi, tindakan reperfusi, dan lokasi infark [(HR 5.89 (1.82-16.51)]. Terdapat korelasi negatif yang baik antara FS dan GLS (Spearman r -0,717; p<0,01). Dengan menggunakan analisa regresi logistik, didapati bahwa penambahan parameter FS <25% terhadap EF Simpson<50% dapat digunakan untuk menginklusikan pasien dengan nilai GLS>-9.4% (AUC 0.858). Kesimpulan: GLS memiliki nilai prognostik pada pasien SKA. Nilai FS ventrikel kiri konvensional yang didapatkan dari M-mode, jika ditambahkan pada EF Simpson, memiliki korelasi yang baik dengan GLS, sehingga dapat dipertimbangkan sebagai parameter alternatif yang dapat memprediksi KKVM pada pasien SKA Kata kunci: global longitudinal strain, prognosis, fractional shortening, sindroma koroner aku