POTENSI PENCEMARAN ASAM SIANIDA (HCN) PADATANAH SAWAH AKIBAT PENGOLAHAN EMAS DENGAN TEKNIK TONG

Pertambangan emas sekala kecil dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya di Kecamatan Lebong Utara, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Teknik pengolahan emas yang banyak digunakan di daerah ini adalah Teknik Gelondong, akan tetapi emas yang dihasilkan dengan teknik ini tergolong rendah yaitu hanya sekitar 40% saja, sehingga mulai berkembang usaha pengolahan dengan Teknik Tong yang menghasilkan emas lebih banyak, yaitu 8090%. Pengolahan emas dengan Teknik Tong dilakukan dengan menggunakan bahan kimia sianida. Limbah yang dihasilkan dari pengolahan emas dengan Teknik Tong ini dialirkan ke sungai, yang airnya juga dimanfaatkan sebagai air irigasi lahan pertanian seperti sawah, sehingga dikhawatirkan dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, terutama air sungai dan tanah oleh senyawa sianida. Sianida di dalam tanah juga dapat terserap oleh tanaman dan jika tanaman tersebut dikonsumsi oleh manusia dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Berdasarkan kemungkinan ini, telah dilakukan penelitian untuk menginvestigasi potensi pencemaran oleh sianida pada air sungai, sedimen sungai, dan tanah sawah di sekitar lokasi pengolahan emas rakyat yang menggunakan Teknik Tong. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018- Januari 2019, yang terdiri dari 2 kegiatan yaitu survei dan pengambilan sampel di lapangan dan analisis Laboratorium. Dari survei ditentukan 7 lokasi pengambilan sampel yang berupa air sungai, sedimen dan tanah sawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel air sungai dan sedimen sungai mengandung asam sianida (HCN) dengan kadar di atas ambang batas sianida bebas (0,50 ppm), yaitu sebesar 0,70 ppm dan 0,59 ppm masing-masing di dalam air sungai dan sedimen. Adapun kadar HCN rata-rata pada tanah sawah 0,19 ppm, masih lebih rendah dari ambang batas sianida bebas. Data ini menunjukkan adanya potensi pencemaran senyawa sianida terhadap lingkungan, terutama sungai dan lahan pertanian