Sosialisasi Kemandirian Anak Keluarga TKI Di Kabupaten Gresik

Keluarga merupakan agen sosialisasi primer yang memiliki fungsi untuk membentuk karakter anak. Kehadiran kedua orang tua dalam sebuah keluarga mampu memberikan peluang besar bagi anak-anak untuk memperoleh hak-haknya tidak terkecuali anak-anak yang hidup dalam keluarga TKI. Hal yang menarik perhatian peneliti adalah proses pengasuhan terlebih sosialisasi mengenai kemandirian yang dilakukan oleh pihak pengasuh, sebagai upaya untuk membetuk karakter anak yang mandiri dan pemenuhan hak anak serta meminimalisir label yang diberikan kepada anak dalam keluarga TKI. Studi ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan indepth interview, penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan snowball pemilihan informan secara acak dan menggelinding dari satu informan ke informan lain tanpa batasan jumlah, dalam penelitian terdapat 7 orang informan yang merupakan perngasuh dari anak keluarga TKI, usia anak yang diasuh adalah 8-18 tahun.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Interaksionisme Simbolik dari Herbert Blumer dan Teori Pola Sosialisasi dari Elizabeth B. Hurlock. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah orang tua asuh memiliki makna tentang kemandirian berasal dari orang tua, pengalaman dan lingkungan sekitar. Makna yang dimiliki oleh orang tua asuh kemudian di sosialisasikan kepada anak-anak keluarga TKI. Makna kemandirian yang melekat pada diri orang tua asuh berdampak pada pola sosialisasi yang diterapkan kepada anak TKI. Kemandirian yang dimaknai sebagai pembelajaran kedisiplinan menggunakan pola sosialisasi otoriter, kemandirian yang dimaknai sebagai pendorong anak menerapkan pola sosialisasi demokratis dan kemandirian yang dimaknai sebagai pembiasaan diri bagi anak menggunakan pola sosialisasi permisif