Pengalaman Dan Pemaknaan Individu Dengan Tato Mengenai Visibilitas Tato

Fokus dari penelitian ini adalah pengungkapan dari pemaknaan individu dengan tato mengenai pengalamannya dengan visibilitas tato. Penelitian ini didorong oleh adanya stigma yang menyertai tubuh bertato di Indonesia dan diiringi dengan adanya fenomena pengaturan visibilitas tato yang menyebabkan adanya kepemilikan tato tersembunyi. Adapun penelitian ini merumuskan permasalahannya sebagai berikut: 1) Bagaimanakah pemaknaan informan terhadap tato? 2) Apakah latar belakang ekonomi, sosial-budaya, dan politik yang mendorong informan dalam menato tubuhnya? Serta 3) Bagaimanakah pengalaman bertato (tattoo experience) individu dengan tato tersembunyi? Penelitian ini menggunakan teori Tattoo as a Social symbol oleh Sanders dan Vail sebagai referensi dalam melakukan analisis. Studi ini menggunakan metode penelitian fenomenologi yang dikemukakan oleh Edmund Husserl dan dikembangkan oleh Martin Heidegger dan Maurice Merleau-Ponty yang berguna untuk menjadi pedoman dalam menganalisis pemaknaan individu-individu saat menjalani kehidupan dengan mengelola audiens dari tato mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif untuk mendeskripsikan pemaknaan individu atas pengalamannya dengan tato yang letaknya tersembunyi. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penelitian ini adalah wawancara mendalam kepada para informan pemakai tato tersembunyi yang berdomisili di Kota Surabaya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa menato tubuh adalah keputusan yang personal, namun informan tetap mempertimbangkan respon sosial. Individu yang memiliki tato dapat mencapai dua hal penting: (1) kendali maksimal atas tubuh mereka serta (2) konform terhadap lingkungan sosial mereka dengan melakukan pengelolaan visibilitas tato