PERALIHAN MODEL PERGERAKAN SEPARATISME ORGANISASI PAPUA MERDEKA (OPM) DENGAN PEMANFAATAN STRATEGI NON-KEKERASAN PASCA TAHUN 2000

Perjuangan melalui gerakan bersenjata yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) nyatanya tidak memberikan hasil yang signifikan dalam meraih kemerdekaan. Sebelumnya, OPM berusaha melepaskan diri dari kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui cara-cara gerilya hingga pemanfaatan senjata yang berujung pada jatuhnya banyak korban jiwa. Perjuangan yang melibatkan penggunaan kekerasan mulai mengalami pergeseran sejak dilaksanakannya Musyawarah Besar dan Kongres Papua pada tahun 2001. Hal ini mendorong adanya perubahan strategi menjadi lobi-lobi politik atau non kekerasan yang lebih diakui dan ditoleransi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana transformasi perjuangan OPM yang seringkali menggunakan senjata beralih menjadi strategi non-kekerasan, seperti kampanye internasional. Untuk menjelaskan transisi tersebut, penelitian ini menggunakan konsep analisis perang ireguler, separatisme, dinamika internal organisasi, dan perubahan rezim HAM dalam tatanan internasional. Laporan penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang mendukung hipotesis, bahwasannya perubahan strategi OPM tersebut memang disebabkan oleh adanya stagnasi dalam perjuangan yang diakibatkan oleh faksionalisasi di internal OPM, proses demokratisasi yang mulai masuk ke wilayah Papua dengan dibukanya dialog antara pemerintah Indonesia dengan OPM, serta jalan non-kekerasan dipilih agar dapat menggalang dukungan internasional sejalan dengan menguatnya rezim HAM secara internasional