Strategi coping wanita single parent dewasa madya dalam menghadapi permasalahan ekonomi

Menjadi single parent memang tidaklah mudah karena pasti dihadapkan dengan banyak persoalan. Salah satu persoalan yang sering dialami single parent adalah bagaimana mengatasi stressor ekonomi yang dihadapinya. Bagi single parent dewasa madya, stressor seperti ini sebenarnya dapat diatasi karena secara umum seorang dewasa madya memiliki kemampuan dan keahlian melakukan strategi coping stress yang cukup baik. Dalam kenyataannya, masih ada single parent dewasa madya yang tidak berhasil melakukan strategi coping menghadapi stressor ekonomi yang mereka hadapi. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi coping pada single parent dewasa madya dalam menghadapi stressor ekonomi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan studi kasus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stressor utama yang dihadapi single parent dewasa madya adalah rendahnya pendapatan keluarga, serta kesulitan finansial baik dalam membiayai sekolah anak-anaknya maupun dalam membiayai kelangsungan keluarga. Untuk mengatasi hal ini, informan melakukan problem focused coping seperti bekerja, hemat, mencari bantuan berupa pinjaman atau beasiswa untuk anaknya, menambah relasi, serta membuat perencanaan. Selain itu informan melakukan emotion focused coping seperti menilai masalah secara positif, berdoa, melakukan aktivitas lain, dan tidak memikirkan masalah. Setelah melakukan strategi coping ini, informan tetap mengalami stress. Hal ini disebabkan karena beberapa strategi coping khususnya problem focused coping yang dilakukan informan berdampak negatif sehingga menjadi stressor baru bagi informan. Dalam konteks ini, informan tidak memadukan penggunaan problem focused coping dengan emotion focused coping sehingga informan terjebak dalam reaksi emosi yang negatif akibat efek problem focused coping yang tidak diantisipasi. Selain itu hal ini disebabkan karena kurangnya dukungan sumber daya pada informan seperti kurangnya dukungan materi seperti uang, kesehatan fisik, dan rendahnya keterampilan memecahkan masalah pada informan