PEMBINAAN KOPERASI DI KOTA LUBUKLINGGAU (SUATU STUDI PADA KANTOR DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DAN PENGELOLAAN PASAR KOTA LUBUKLINGGAU)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perencanaan dan pelaksanaan pembinaan koperasi di Kota Lubuklinggau. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam, pengamatan, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data dengan model analisis interaktif Miles dan Huberman. Sementara informan dalam penelitian ini berjumlah 09 orang yang terdiri dari Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro,Kecil, Menengah dan Pengelolaan Pasar Kota Lubuklinggau, Kepala Bidang Kelembagaan Koperasi, Kepala Sub Bidang Hukum dan Advokasi, Kepala Sub Ortala dan Penyuluhan, Kepala Sub Bidang Pengendalian dan Pengawasan, dua orang Staf dan tiga orang dari lembaga koperasi sebagai informan pembanding. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan koperasi di Kota Lubuklinggau, dari 200 unit koperasi yang ada dapat diketahui bahwa 97 unit koperasi yang aktif dan 103 koperasi yang tidak aktif. Untuk Permodalan dapat diketahui bahwa empat puluh tiha unit koperasi memiliki asset diatas seratus juta rupiah, delapan belas unit koperasi memiliki asset diatas lima puluh juta rupiah dan tiga puluh enam unit koperasi memiliki asset dibawah lima puluh juta rupiah yang dapat dijadikan dasar untuk menyusun rencana kerja pembinaan koperasi di Kota Lubuklinggau. Untuk aspek pelaksanaan pembinaan kelembagaan koperasi di Kota Lubuklinggau dari ketujuh tolok ukur yang terdiri dari Koordinasi pelaksanaan kebijakan program pembangunan koperasi, Sosialisasi prinsip - prinsip pemahaman koperasi, Pembinaan , pengawasan dan penghargaan koperasi berprestasi, Peningkatan dan Pengembangan Jaringan Kerja Sama Usaha Koperasi, Pembangunan Sistem Informasi Perencanaan Pengembangan Perkoperasian, Rintisan Penerapan Teknologi Sederhana/Manajemen Modern Pada Jenis Usaha Koperasi,Penyebaran Model-model Pola Pengembangan Koperasisudah terlaksana, akan tetapi belun maksimal dan belum dilaksanakan secara rutin dan terjadwal untuk kurun waktu selama satu tahun. Hambatan dalam pembinaan menunjukkan bahwa belum seimbangnya antara jumlah pegawai dan belum didukung oleh tingkat pendidikan pegawai yang memadai, serta belum mencukupinya anggaran bagian kelembagaan koperasi untuk melaksanakan pembinaan