STRATEGI KOMUNIKASI WIRAUSAHAWAN MUDA DALAM MEMBANGUN KEPERCAYAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK (STUDI PADA INDUSTRI KREATIF RISMUN COLLECTIONS)

Rismun Collections sebagai sebuah usaha industri kreatif yang dibangun oleh wirausahawan yang masih muda pada awalnya tentu mengalami hambatan dalam mencari konsumen dan memasarkan produknya serta untuk membangun kepercayaan konsumen, mengingat Rismun Collections baru berdiri. Menarik untuk mengetahui bagaimana Rismun Collections membangun kepercayaan konsumen terhadap produknya dan hambatan apa saja yang ditemuinya dalam melaksanakan stateginya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikasi pemasaran yang diterapkan Rismun Collections dalam upaya membangun kepercayaan konsumen serta faktor-faktor yang menghambatnya. Penelitian ini disusun menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah Model Analisis Interaktif dari Miles dan Huberman (1992), yang bergerak diantara tiga komponen, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Rismun Collections menggunakan strategi langsung, tidak langsung dan berorientasi pasar yang dilaksanakan dengan menggunakan metode: promosi dari mulut ke mulut, promosi antar teman, membuka stand di HPN dan Ulang Tahun Kota Bengkulu, mendukung sebuah acara atau seminar dengan menyediakan souvenir bertemakan acara tersebut, broadcast BBM dan posting di Facebook, penyebaran brosur dan pamflet, menjaga kualitas produk, cepat, tepat waktu, menjaga kepuasan konsumen dan hubungan emosional yang baik dengan konsumen, berinovasi dengan produk, pelayanan desain untuk diaplikasikan ke produk. Hambatan yang ditemui Rismun Collections adalah seperti kurangnya respon calon konsumen, konsumen ingin mempolitisasi anggaran sovenir, serta hambatan dalam pemasaran bagi tim marketing yang masih kuliah sehingga hanya bisa memasarkan produk Rismun Collections di kampus saja. Ada juga hambatan lain seperti konsumen yang memberi harapan palsu, padahal sudah sepakat tapi tidak jadi, konsumen yang bertele-tele, telat mengambil barang padahal sudah janji akan diambil jam sekian, persaingan pasar, terlalu banyak orderan hingga terkadang keteteran dan pekerja yang kelelahan setelah mengerjakan produk dalam jumlah besar, serta mengalami kehabisan stok bahan baku atau keterbatasan produk/barang yang tersedia