PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT PADA BTPN PURNA BAKTI BENGKULU

Bank mengadapi banyak risiko dalam menjalankan usahanya di bidang jasa keuangan, yang salah satunya adalah risiko kredit. Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Untuk meminamilisir risiko kredit tersebut, diperlukan suatu manajamen risiko yang bertujuan untuk memastikan bahwa aktivitas penyaluran dana kredit tidak terekspos pada risiko kredit yang dapat menimbulkan kerugian pada bank. Bank Indonesia telah mengatur penerapan manajemen risiko pada bank umum melalui Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 yang telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum di Indonesia Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan manajemen risiko kredit pada pemberian kredit pensiun sejahtera di Bank BTPN Purna Bakti Cab. Bengkulu selama periode waktu 2010 – 2013. Penelitian juga bertujuan untuk mengetahui apakah nilai rasio CAR, LDR, dan NPL Bank BTPN Purna Bakti Cab. Bengkulu sebagai sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Data dikumpulkan melalui metode wawancara untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan manajemen risiko di Bank BTPN Purna Bakti Cab. Bengkulu. Sementara data untuk penghitungan rasio keuangan diperoleh dari laporan keuangan Bank BTPN Purna Bakti Cab. Bengkulu. Analisis terhadap data-data tersebut dilakukan secara kualitatif. Berdasarkan hasil wawancara, dijelaskan bahwa Bank BTPN Purna Bakti KC Bengkulu telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko kredit diwujudkan dalam bentuk persyaratan kompetensi SDM di bidang manajemen risiko, pemantauan status kolektabilitas kredit yang telah disalurkan, pengawasan pelaksanaan SOP, audit atau pemeriksaan rutin, serta upaya penagihan kredit yang bermasalah secara kontinyu. Dalam pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut ditemukan beberapa kendala yaitu tidak memadainya SDM yang memenuhi persyaratan kompetensi di bidang manajemen risiko kredit, kelalaian dan kurang hati-hatinya petugas pelaksana kredit, serta adanya desakan untuk mencapai target penyaluran kredit. Keberhasilan penerapan manajemen risiko di bank tersebut dibuktikan dengan menurunnya rendahnya nilai NPL dalam kurun waktu penelitian dimana nilainya selalu berada di bawah 1% yang dapat diartikan bahwa nilai kredit bermasalah terhadap total kredit relatif kecil. Berdasarkan hasil penghitungan rasio, ditemukan bahwa nilai rasio CAR sesuai dengan standar BI, sedangkan nilai rasio LDR tidak memenuhi standar BI dimana nilainya melebihi batas atas target