APLIKASI AUDIT PEMASARAN PADA BANK BENGKULU

Perbankan merupakan industri yang sangat vital perannya dalam perekonomian negara. Seiring perkembangan negara ini, peran industri perbankan dalam membantu mempercepat proses pembangunan tidak bisa dilupakan. Perbankan telah memberi kontribusi dalam perkembangan negara, baik yang sifatnya langsung (penyaluran kredit guna membiayai usaha masyarakat) maupun yang tidak langsung seperti melindungi dana masyarakat. Industri perbankan sendiri mengalami pertumbuhan yang begitu cepat, khususnya di era reformasi. Bank Bengkulu sebagai salah satu bank tentu tidak ingin tinggal diam dalam menyikapi persaingan industri perbankan yang semakin kompetitif. Namun belum tercapainya semua potensi yang seharusnya dicapai menunjukkan bahwa Bank Bengkulu masih memiliki masalah dalam hal pemasaran. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendiagnosa kekurangan dan kelemahan dalam strategi pemasaran yang diterapkan oleh Bank Bengkulu adalah dengan melakukan marketing audit (audit pemasaran). Audit pemasaran adalah penilaian komprehensif terhadap semua sisi operasi pemasaran dalam suatu organisasi (Loya, 2011). Menurut Kotler, et al (1977), audit pemasaran adalah sebuah penelaahan secara komprehensif, sistematis, independen, dan periodik terhadap suatu organisasi, untuk menentukan area masalah dan peluang serta merekomendasikan sebuah rencana aksi untuk meningkatkan performa pemasaran organisasi. Audit pemasaran yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi enam aspek yaitu lingkungan pemasaran, strategi pemasaran, organisasi pemasaran, sistem pemasaran, produktivitas pemasaran, dan fungsi pemasaran. Audit ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif berupa wawancara langsung dengan tujuh responden yang semuanya merupakan pegawai Bank Bengkulu, serta menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melakukan penyebaran kuisioner sederhana kepada 40 responden. Penulis juga menggunakan sumber-sumber literatur lain sebagai referensi pelengkap, sehingga hasil penelitian dapat lebih kaya. Berdasarkan jawaban responden terkait keenam aspek audit pemasaran, terlihat bahwa Bank Bengkulu perlu memberikan perhatian lebih terhadap beberapa aspek pemasaran. Pada variabel lingkungan pemasaran, muncul isu mengenai teknologi, perubahan gaya hidup, dan saluran distribusi. Pada variabel strategi pemasaran, muncul isu mengenai keterbatasan jumlah SDM yang tersedia. Pada variabel organisasi pemasaran, muncul isu mengenai pelatihan dan pengembangan. Pada variabel sistem pemasaran, muncul isu mengenai intelejensi pemasaran dan pengembangan produk baru. Terakhir pada variabel fungsi pemasaran, muncul isu mengenai kualitas pemasaran. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa BRI dianggap sebagai pesaing utama Bank Bengkulu, namun Bank Mandiri dan BPR serta Koperasi juga dianggap sebagai kompetitor yang tangguh. Sebagai respons atas isu-isu tersebut, Bank Bengkulu dapat melakukan beberapa hal. Bank Bengkulu harus meningkatkan kehandalan teknologinya, mereposisi basis segmentasi dengan meningkatkankan persentase segmentasi demografis, memperbaiki kualitas dan kuantitas SDM melalui peningkatan budaya layanan, menyempurnakan intelejensi pemasaran, mempertimbangkan penggunaan strategi komunikasi pemasaran yang lebih beragam, serta lebih menonjolkan emotional marketing sebagai keunggulan kompetitif. Dengan menyempurnakan semua kelemahan yang masih ada saat ini, Bank Bengkulu akan memiliki nilai yang lebih baik dalam industri dan di mata nasabah